PEMBOHONG ITU BERNAMA PENDETA DORMAN WANDIKMBO (PRESIDEN GIDI)


by @partaisocmed

1. Dalam menilai pernyataan2 Presiden GIDI, Pdt. Dorman Wandikmbo kita harus memahami bahwa beliau tidak dalam posisi netral.

2. Dalam kasus Tolikara ini, Dorman Wandikmbo justru sedang berusaha keras menyelamatkan GIDI (Gereja Injili Di Indonesia) sebagai pihak yg paling bertanggung jawab.

3. Jadi tidak heran jika pernyataan2 Presiden GIDI ini menjadi seperti akrobat sirkus.

4. Tujuan Presiden GIDI ini cuma satu, membelokkan opini dan menyangkal bukti2 agar GIDI tidak dipersalahkan.

5. Seraya sedapat mungkin melemparkan kesalahan pada pihak lain, dalam hal ini aparat keamanan.

6. Yang jadi pokok persoalan adalah surat intoleran nan kontroversial yg dikeluarkan GIDI ini


7. Jika surat itu benar2 dikeluarkan oleh GIDI Tolikara, maka jelas GIDI merupakan pemicu utama kasus kerusuhan SARA ini.

8. Nah, surat inilah yg membuat pusing Pdt. Dorman Wandikmbo. Sebab surat inilah yg akan membuat GIDI salah telak sebagai provokator kerusuhan.

9. Butuh seorang jenius untuk menutupi satu kebohongan dengan kebohongan lain. Dan Pdt. Dorman Wandikmbo sama sekali bukan seorang jenius.

10. Uniknya jika diikuti pernyataan2 Pdt. Dorman Wandikmbo itu seperti mengikuti skenario yg tidak matang, tidak konsisten dan tidak terencana.

11. Dan jika dirangkum kita bisa menyimpulkan bahwa untuk masalah surat tsb Pdt. Dorman Wandikmbo sedang BERBOHONG.

12. Marilah kita melihat bersama2 perkembangan pernyataan2 Pdt. Dorman Wandikmbo sejak awal terjadinya kasus Tolikara hingga hari ini.

13. Di awal2 terjadinya kasus Tolikara, Pdt. Dorman Wandikmbo jelas2 mengakui GIDI memang mengeluarkan surat tersebut..


14. Namun untuk meminimalisir kesalahan, Pdt. Dorman Wandikmbo menyatakan surat tersebut benar ada tapi isinya keliru dan sudah diklarifikasi,

15. Klarifikasinya apa? Ternyata hanya lisan, alias omong doang. Dan itupun sangat diragukan disampaikan kepada para pemuda GIDI,

16. Bukti surat tersebut memang benar ada dan diedarkan oleh pihak GIDI telah dikonfirmasi oleh divisi humas polri


17. Konfirmasi lain datang dari kemenag dan pihak PGLII tempat GIDI bernaung (meski sambil menyalahkan aparat)


18. Dalam perkembangan selanjutnya ada perubahan pernyataan dari Pdt. Dorman Wandikmbo. Awalnya bilang surat itu ada berubah jadi "Tak Resmi"

19. Alasan menyebut surat tersebut "Tak Resmi" adalah karena tidak ada tanda tangannya


20. Ini berlawanan dengan pernyataannya sendiri ketika mengakui surat tersebut namun menyalahkan isinya


21. Jadi jelas surat tersebut ada dan resmi. Dibuktikan dengan pernyataannya Pdt. Wandikmbo sendiri

22. Dimana dia menyatakan; "GIDI Wilayah Tolikara selaku pembuat dan penanggungjawab keluarnya surat edaran tersebut."

23. Dgn kata lain, tidak harus ada tanda tangan presiden GIDI untuk membuat surat GIDI Wilayah Tolikara menjadi 'resmi'

24. Pernyataan terakhir sekaligus yg paling aneh dari Pdt. Dorman Wandikmbo adalah surat edaran tersebut PALSU


25. Hanya dgn argumen tak ada tanda tangannya dan tak ada tanda tangan ketua panitia seminar, dia berubah haluan mengatakan surat tsb palsu.

26. Lantas yg surat yg dia akui ada tapi isinya salah itu apa? Lantas surat yg diakui ada tapi tak resmi itu apa? Terjadi inkonsistensi.

27. Lantas bagaimana Pdt. Dorman Wandikmbo mengatakan surat itu palsu jika yg bikin saja mengakuinya?


28. Awalnya mengakui sambil mengatakan isinya salah >> lalu tidak mengakui sebagai surat resmi >> lalu menyatakan surat itu palsu..

29. Dari pernyataan2 Pdt. Dorman Wandikmbo yg INKONSISTEN ini publik justru melihat dia cuma sedang ngeles kiri kanan sebisanya saja.

30. Mungkin hanya Tedjo satu2 manusia di republik ini yg terlalu bodoh untuk percaya pada omongan si pembohong ini.


31. Yg terjadi sesungguhnya adlh surat itu memang ada, dan para pemuda GIDI datang ke lokasi Sholat Ied akibat surat tsb..


32. Jika ada polemik yg menyatakan adanya 2 surat maka itu tidak benar. Yg benar hanya ada satu surat tsb dan klarifikasi dilakukan secara lisan.

33. Memang ada pengakuan klarifikasi terhadap surat provokatif tsb, tapi sifatnya lisan


34. Namun justru disinilah letak masalahnya. Pihak aparat percaya begitu saja pada komitmen lisan pihak GIDI

35. Ini bagian terpentingnya...

36. Apakah pihak GIDI hanya melakukan klarifikasi mencabut surat tsb (secara lisan) kepada aparat saja?


37. Apakah pihak GIDI tidak melakukan sosialisasi tentang pencabutan surat tsb kepada umatnya sendiri, terutama para pemuda GIDI?

38. Ingat, surat tsb hanya satu dan tak ada surat tentang larangan hanya menggunakan pengeras suara. Klarifikasi hanya bersifat lisan.

39. Dan para pemuda GIDI datang ke lokasi Sholat Ied dalam rangka mengingatkan tentang surat tsb.


40. Jika GIDI hanya berjanji mencabut surat tsb kepada pihak aparat namun sengaja tidak memberitahukan pada umatnya sendiri. Maka artinya?

41. Jelas disini GIDI bertindak culas. Kepada aparat dia bilang mencabut surat itu, tapi jemaatnya menganggap surat tsb masih berlaku.

42. Dengan fakta2 seperti itu memang layak presiden GIDI ngeles kiri-kanan dan cari2 kambing hitam. Sebab dia memang sedang terpojok.

43. Kesalahan pertama adalah karena surat tsb. Kesalahan kedua adalah melakukan disinformasi kepada jemaatnya sendiri terkait surat tsb.

44. Menyuarakan toleransi bukan berarti tidak mengakui adanya intoleransi yg sedang terjadi. Kita bukan burung onta.


45. Menyuarakan toleransi bukan berarti membiarkan manusia2 intoleran semacam Pdt Dorman Wandikmbo ini merajalela.

46. Toleransi hanya bisa ditegakkan dgn keadilan dan hukum yg tegas. Tindak aksi intoleran dari pihak manapun tanpa pandang bulu!

47. Ini masalah konsensus kita bernegara. Jika masih ada pembiaran terhadap pihak2 yg melarang pihak lain beribadah maka kita gagal sbg negara.

48. Sekian kultwit kami. Semoga mencerahkan dan menambah wawasan kita semua. Terimakasih.


Baca juga :