PELAJARAN DARI REVISI ATURAN BPJS JHT 10 TAHUN, REVISI UNDANGAN BIN, dll
Kita hidup di Indonesia seperti naik bus yang sekarang sopirnya Pak Jokowi, kondekturnya para menteri dan pejabat.
Kalo sopirnya ugal-ugalan atau ngantuk penumpang jangan diem aja, ntar yang celaka semua. Kalo perlu bentak biar sadar. BUKAN KARENA BENCI tapi karena semua ingin selamat sampai tujuan.
Kita tegur sopir dan kondektur yang ugal-ugalan atau ngantuk agar tidak terjadi kecelakaan. Justru kalo kita biarkan, kita diamkan, itu namanya tak bertanggung jawab.
Apalagi kalau dari awal kita sudah meragukan keahlian dan kecakapan sopir. Harus terus diawasi, diingatkan.
Alhamdulillah setelah protes keras, Pak Jokowi revisi peraturan BPJS JHT yang sangat merugikan buruh. Buruh pun senang. Kita ikut senang.
Dan terkait kesalahan Undangan BIN, ini bukan perkara kecil. Bahkan seorang politisi PDIP di akun twitternya mengatakan, "Ini bukan urusan salah ketik. Jika naskah sesederhana undangan salah - lalu bgmn nasib ribuan keputusan2 penting yg punya konskuensi hukum?" ujar pak @mantriss yang walaupun dia politisi PDIP tapi tetap masih bisa menjaga obyektifitas dan tetap kritis.
Jadi, mengingatkan sopir yang mempengaruhi hidup 200 juta rakyat Indonesia adalah untuk kemaslahatan bersama. Sekali lagi bukan karena benci. Justru karena kita ingin menyelamatkan semua, sopir dan jajarannya serta para penumpang.
(ADMIN)