Di Balik Ancaman ISIS untuk Perangi Hamas
Oleh: Ikhwanul Kiram Mashuri*
Saya tidak kaget ketika membaca berita bahwa kelompok yang menamakan diri sebagai Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) mengancam akan menghabisi Hamas di Gaza. Ancaman itu, bagi saya, justeru menunjukkan wajah sebenarnya dari ISIS. Yakni, ISIS bukanlah pembela dan pejuang untuk kepentingan Islam dan umat Islam seperti yang mereka gembar-gemborkan selama ini. ISIS sejatinya hanyalah kelompok petualang yang tamak terhadap kekuasaan.
Hamas merupakan gerakan Islam yang kini secara de facto memerintah wilayah Gaza, Palestina. Ancaman ISIS kepada Hamas dirilis pada awal bulan ini. Seperti beberapa pesan ISIS sebelumnya, beberapa orang bertopeng dan bersenjata muncul dalam sebuah rekaman video -- yang tampaknya dirilis dari Halb, markas ISIS di Suriah -- dan menyebut Hamas sebagai taghut alias tirani. Mereka juga mengancam akan membanjiri Gaza dengan darah dan memasukkan wilayah itu di bawah kekuasaan Khalifah Abu Bakar al Baghdadi. Mereka pun menuduh Hamas yang berkuasa di Gaza sebagai kafir dan tidak menerapkan hukum Allah.
Ancaman kepada Hamas ini merupakan yang pertama kali dikeluarkan oleh ISIS. Dalam pesan yang mereka namakan sebagai ‘surat kepada tawaghit (jamak dari taghut) Hamas’, orang yang menyebut dirinya sebagai Abu Azam al Ghazawy berkoar, ‘‘Kalian (Hamas) bukan apa-apa bagi kami. Kalian -- dan juga Fatah serta semua kaum sekuler -- tidak kami anggap apa-apa. Kalian hanyalah kerikil dalam telapak kaki kami. Dengan izin Allah kami akan memerintah Gaza dengan syariat tanpa kalian.’’
Abu Azam al Ghazawi bukan nama sebenarnya. Ia hanyalah nama alias atau anonim. Juga nama Abu ‘Aisyah al Ghazawi, yang muncul berikutnya. ’’Kami bersaksi, kami akan membalas atas kalian apabila kalian tetap dalam kekafiran dan kenistaan ini. Namun, bila kalian beriman kepada Allah, maka kalian adalah kesayangan dan teman-teman kami,’’ ujar Abu ‘Aisyah.
Ia melanjutkan, ‘‘Wallahi, kami akan menjadikan -- baik anak-anak maupun orang dewasa kalian -- menangis seperti halnya telah kami lakukan terhadap anjing-anjing kalian yang telah murtad, munafik, dan pembohong di kamp pengungsi Yarmuk. Kami bersumpah semua yang terjadi di Suriah, terutama di kamp Yarmuk, akan terjadi di Gaza.’’
Kamp Yarmuk adalah merujuk pada pengungsian di sebuah distrik di Damaskus yang didirikan para pengungsi Palestina. Para pengungsi di sini telah melawan kekuasaan ISIS. Mereka kemudian diserang balik dan dihancurkan oleh ISIS.
Hamas sendiri telah beberapa kali terlibat bentrok dengan kelompok-kelompok di Gaza yang menentang kesepakatan damai dengan Israel dan rekonsiliasi dengan Fatah. Kelompok-kelompok ini sama dengan yang muncul dalam video. Mereka tadinya sama-sama bergabung dengan sayap militer Hamas, al Qassam.
Ketika ISIS berdiri, mereka lalu keluar dari al Qassam dan berbaiat kepada Khalifah Abu Bakar al Baghdadi. Mereka kemudian berupaya untuk mendirikan apa yang dinamakan sebagai Negara Islam di Gaza.
Beberapa kali kelompok pendukung ISIS ini meluncurkan roket buatan Rusia ke wilayah Israel. Tindakan inillah yang kemudian disebut Zionis Israel sebagai pelanggaran gencatan senjata dari pihak Hamas. Sebagai akibatnya, beberapa kali pula tentara Israel menangkap sejumlah pejuang Hamas. Menurut media al Sharq al Awsat, peluncuran roket oleh kelompok ISIS dan mengaku sebagai Hamas justeru dimaksudkan untuk memperlemah, kalau tidak menghancurkan, keberadaan Hamas di Gaza.
Pengamat politik dari Palestina, Khalid Harb, sebagaimana dikutip Aljazeera.net, mengatakan dalam beberapa bulan ini memang muncul berbagai kegiatan baru terorisme di Gaza. Kegiatan itu berupa serangan terhadap pasukan keamanan, aktivis, dan pejabat pemerintah di satu sisi dan menciptakan ketegangan baru dengan Zionis Israel di sisi lain. Yang terakhir ini antara lain dengan meluncurkan roket ke wilayah Israel. ‘‘Tujuannya untuk menyeret Hamas dalam perang baru dengan penjajah Israel. Dan, pada gilirannya kelompok yang menamakan diri sebagai Daulah Islamiyah yang didukung ISIS akan merebut kekuasaan di wilayah Palestina,’’ ujarnya.
Karena itu, tuduhan ISIS bahwa Hamas adalah kelompok kafir dan sekuler jelas bermotif politik/kekuasaan. Bukan yang lain. Nama Hamas sendiri merupakan akronim dari Harakat al Muqawwamah al Islamiyah alias gerakan pertahanan/perlawanan Islam. Ia didirikan oleh Sheikh Ahmad Yasin pada 1987. Sheikh Yasin sendiri -- dan sejumlah pendiri lainnya -- telah gugur menjadi syahid diserang pasukan dan mata-mata Zionis Israel.
Dalam Piagam Hamas dinyatakan organisasi ini didirikan utnuk membebaskan Palestina dari pendudukan Israel dan mendirikan negara Islam di wilayah Palestina. Dengan kata lain, tujuan organisasi ini adalah untuk mengibarkan panji-panji Allah di setiap inci bumi Palestina. Pendirian Hamas antara lain sebagai reaksi dari keberadaan sayap Fatah yang dinilai sekuler. Secara ideologi Hamas sering disebut sebagai perpanjangan tangan dari Ikhwanul Muslimin di Mesir.
Keberadaan Hamas telah beberapa kali membuat kalang kabut Zionis Israel. Ketika Hamas menjelma sebagai perlawanan bersenjata, maka muncullah gerakan perlawanan rakyat Palestina yang dikenal dengan Intifada. Yakni perjuangan semesta rakyat yang dengan gagah berani melawan penjajah Israel dengan persenjataan seadanya, termasuk dengan ketapel dan bebatuan. Selain itu, para pejuang Hamas juga telah beberapa kali mampu mempertahankan Gaza dari agresi militer Israel.
Karena perannya yang demikian besar, tidak aneh bila pada pemilu 2006 Hamas memenangkan pemilu Palestina. Dengan kemenangan ini, untuk pertama kalinya Hamas berhak membentuk pemerintahan Palestina yang selama ini selalu didominasi oleh Faksi Fatah. Namun, karena mengusung ideologi Islam, banyak pihak yang kemudian tidak mengakui pemerintahan Hamas, terutama Israel, Amerika Serikat, dan sejumlah negara Eropa. Bahkan mereka menganggap Hamas sebagai kelompok teroris.
Pada Februari 2007, terjadi konflik bersenjata secara terbuka antara Hamas dan Fatah. Sejak saat itu warga Palestina terpecah menjadi dua kelompok, yaitu kelompok Fatah dan Hamas. Fatah yang dipimpin Presiden Palestina Mahmud Abbas membentuk pemerintahan di Tepi Barat. Sedangkan Hamas membentuk pemerintahan di Jalur Gaza dengan perdana menterinya, Ismail Haniyah. Eksistensi dari yang terakhir ini tidak diakui Presiden Palestina Mahmud Abbas dari Fatah hingga akhirnya setahun lalu mereka bersepakat membentuk pemerintahan nasional bersatu yang melibatkan Hamas dan Fatah.
Sebelum melemparkan ancaman kepada Hamas di Gaza, ISIS juga telah mengklaim sebagai pelaku sejumlah pemboman di masjid-masjid Syiah di Arab Saudi, Kuwait, Yaman, dan wilayah lain. Tujuannya, untuk menunjukkan kepada umat Islam bahwa merekalah selama ini yang menjadi benteng Suni melawan pengaruh Syiah. Namun, dengan sejumlah pembantaian yang dilakukan ISIS terhadap kelompok-kelompok Suni baik di Irak maupun Suriah, klaim mereka telah gugur dengan sendirinya. Apalagi ketika setahun lalu ISIS membantai 12 ulama Suni yang biasa menjadi imam dan khatib di Masjid Agung Mosul, tempat Abu Bakar al Baghdadi untuk pertama kali muncul ke publik ketika menyampaikan khutbah Jumat.
Kini mereka pun mengancam untuk menghabisi Hamas di Gaza dan menuduh mereka sebagai kafir. Pertanyaannya, apakah ISIS itu Islam? Sedangkan kelompok, pihak atau orang lain adalah kafir yang harus diperangi? Bukankah justeru ISIS yang bertentangan dengan ajaran Islam ketika mereka merampok, memperkosa, membunuh, menghancurkan rumah-rumah ibadah, dan memenggal atau membakar
hidup-hidup tawanannya?
Karena itu klaim ISIS sebagai yang paling Islami adalah sesat dan menyesatkan.
*Sumber: Republika (6/7/2015)
__
Tentang Penulis: Ikhwanul Kiram Mashuri - Sejak lulus dari Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir, pria kelahiran Kediri, 5 August 1958 ini memutuskan menggeluti dunia jurnalistik. Kini ia menjadi wartawan senior Harian Republika. Di sela-sela tugasnya sehari-hari sebagai Direktur News dan Konten di Grup Republika, mantan pemred Harian Republika yang juga alumi Pondok Pesantren Modern Gontor ini kerap memberikan siraman rohani, baik di kalangan internal maupun masyarakat luar.