Seperti sudah diduga, usai pengeboman konvoi mobil Jaksa Agung Mesir di kota Kairo (Senin, 29/6), rezim As-Sisi langsung menggelar operasi pembantaian terhadap pimpinan Ikhwanul Muslimin.
Rabu (1/7), sembilan (ada yang menyebut 13) kader dan pimpinan Ikhwanul Muslimin dibantai oleh pasukan khusus rezim As-Sisi di provinsi 6 Oktober.
Untuk melegitimasi pembantaian itu, rezim As-Sisi (sebagaimana rezim lain) berdalih memberangus teroris. Usai pembantaian, senjata ditaruh didekat mayat dan difoto lalu diberi judul 'baku tembak antara teroris dan pasukan pemerintah'. Dan seperti biasa, media massa yang sudah dikuasai rezim kudeta menyebarkan foto-foto dan judul sesuai kemauan rezim fasis As-Sisi.
Padahal yang mereka bantai adalah pimpinan Ikhwan orang-orang yang mendapat amanah menanggung beban dan biaya hidup para keluarga syuhada dan keluarga tahanan. Mereka para pimpinan "Lajnah Takaful" bagi keluarga yang menjadi korban kebiadaban rezim militer.
Aparat kudeta telah merenggut nyawa mereka tanpa melalui proses hukum. Berlaku "eksekusi rimba". Pada waktu Dzuhur mereka ditangkap, lalu selepas Ashar dikabarkan sudah meninggal.
Diantara syuhada ini :
1. Ir. Abdul Fattah M. Ibrohim (Pimpinan Lajnah).
2. Nashir Al Haafiy (Pengacara & Anggota Tim Hukum Dr Mursi).
3. Dr. Muhammad Kholifah (Pimpinan dari Prov. Manufiyah).
4. Dr. Thohir Ismail (Pimpinan dari Prov. Qolyubiyyah).
Hasbunallah wa ni'mal wakil, ni'mal maula wa ni'man nashir....