Percaturan global sekarang berbeda dengan pada zaman perang dingin. Saat ini ada tiga bentuk perang baru yang sedang mengancam Indonesia. Yaitu perang sumber daya alam, perang mata uang dan perang cyber.
Demikian disampaikan pengamat intelijen dan keamanan internasional Soeripto saat berbicara dalam Tasyakuran Milad Pusat Advokasi hukum dan HAM (PAHAM) Indonesia yang ke-16 di Jakarta dua hari lalu sebagaimana dikutip RMOL.
"Dua pihak yang menonjol dalam perang sumber daya alam adalah antara Amerika dan China. Percaturan di Indonesia sangat terasa, terutama dalam akses sumber daya alam. Hal ini harus diantisipasi dengan baik, karenanya tata kelola sumber daya alam harus benar-benar untuk kepentingan masyarakat. Lembaga advokasi sosial seperti PAHAM ini harus bisa mengawal kepentingan publik tersebut," papar mantan Sekjen Kementerian Kehutanan era Nur Mahamudi Ismail tersebut.
Selanjutnya adalah bentuk perang mata uang atau yang disebut dengan currency war.
"Jenis perang ini juga tak boleh diremehkan, karena berkaitan langsung dengan ketahanan perekonomian Indonesia. Nilai mata uang kita sekarang semakin merosot, ini pertanda kita kalah strategi. Bisa jadi kita kalah perang untuk saat ini," ujarnya.
Ketiga adalah perang dunia maya alias cyber war, yang dilakukan melalui jaringan internet.
"Perang ini sangat luar biasa pengaruhnya, suatu bangsa yang diserang oleh cyber war akan bisa lumpuh. Contohnya pada perang teluk mengapa Irak cepat menyerah, hal ini terjadi karena AS bisa melumpuhkan seluruh jaringan komunikasi Irak. Sehingga jaringan pertahannya macet, dan tidak jalan. Pada tahap ini, serang melalui cyber akan dilakukan terlebiha dahulu barulah kemudian dilakukan serangan melalui kekuatan militer," papar pengaman inteljen senior itu.
Soeripto mengingatkan agar tiga hal ini diwaspadai untuk menjaga pertahanan negara.
"Sayang pemerintah Indonesia masih kurang mewaspadai ketiga hal ini, justru yang diwaspadai hanya isu-isu pinggiran," tukasnya.