Kantor koordinasi urusan kemanusiaan yang ada dibawah PBB, OCHA menyebutkan, pemerintah Mesir membuka perbatasan antara Gaza dan Mesir, hanya lima hari saja dalam kwartal pertama tahun 2015.
Dalam laporanya, Senin (1/6) OCHA mengatakan, sejak Januari hingga akhir April 2015 kemarin, perlintasan Rafah hanya dibuka lima hari, bagi 5000 orang saja.
Akibat berlarut-larutnya aturan yang mengikat Gaza berkaitan dengan blokade Israel terhadap semua perlintasan termasuk Bet Hanun, menjadikan perlintasan Rafah adalah satu-satunya perlintasan yang sangat dibutuhkan warga Gaza ke dunia luar. Namun dengan adanya peraturan super ketat juga terhadap warga Palestina dari pemerintah Mesir, sejak Juni 2013 mengakibatkan hanya 27 % saja warga yang dapat melintasinya.
OCHA menambahkan, sebelumnya juga, Rafah ditutup selama 97 hari pada pertengahan pertama tahun 2013 lalu. Dan hanya lima hari dibuka pada tahun tersebut. Dengan demikian ada penurunan jumlah warga Palestina yang melintasi Rafah pada tahun tersebut sebanyak 27 % jika dibanding tahun sebelumnya 2012.
Rafah sempat dibuka selama 158 hari pada tahun 2014 dengan diizinkanya 100 orang melintasinya. Tatkala terjadinya serangan terhadap militer Mesir di Sinai pada 24 Oktober 2014,dimana 30 tentara Mesir tewas, maka perlintasan Rafah ditutup hingga akhir tahun 2014.
Tiba di rumah sakit Mesir, bagi sebagian besar warga Palestina adalah masalah hidup dan mati. Mereka yang tak bisa diobati di Mesir atau mereka yang tak dapat masuk ke Israel bersama consultan medis maupun ke Tepi Barat. Kebanyakan mereka memerlukan operasi untuk menyelematkan nyawa mereka.
Disebutkan, adanya penurunan pergerakan barang dagangan dari Mesir ke Gaza, sejak Januari 2013 bahkan hingga Juni 2014. Sebelumnya pemerintah Mesir mengizinkan masuknya 713 kontainer tiap bulanya ke Gaza membawa bahan-bahan bangunan untuk rekontruksi Gaza dari Qatar. (asy/Infopalestina.com)