Satu hari sebelum berangkat ke Arab Saudi saya melakukan pertemuan dengan seorang pengusaha dalam bidang kelistrikan yang menjadi mitra dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuk pengadaan generator listrik untuk seluruh kota dan kabupaten di provinsi Papua.
Ia adalah pengusaha dari China, seperti yang sudah saya duga.
Banyak hal yang kami bicarakan, saya berpura-pura saja pro atas kebijakan pemerintah pusat sekarang yang melakukan 'China-isasi' dalam segala bidang agar tahu sejauh mana peta dan langkah strategis yang sedang dan akan dilakukan oleh pemerintah secara G to G dengan pemerintah China.
Salah satu hasil obrolan, terungkap bahwa memang keran 'bisnis' berkedok investasi membangun infrastruktur yang dibuka pemerintah Indonesia dengan (katanya) pemerintah China begitu luar biasa. Teknisnya adalah mereka membangun perseroan terbatas baru, yang kantornya cukup di ruko-ruko kecil di bilangan Jakarta. Cukup untuk syarat administrasi pedirian PT saja.
Setelah itu, dengan modal 'katebelece' berupa kartu nama berisikan bukti bahwa ia dan perusahaan barunya telah mendapatkan rekomendasi dari Posko Pemenangan Presiden pada pilpres lalu, mereka melakukan ekspansi ke daerah-daerah.
Menyedihkan memang. Namun bagaimana lagi. Memang demikian adanya.
Saya jadi mewajari jika suatu ketika saat Presiden mengadakan kunjungan ke Papua, Gubernur Papua lebih memilih untuk tugas lain ke luar Papua. Bukan tidak ingin bertemu dan menjamu Presiden sebagai atasannya, namun lebih ke tidak ingin menemui para cukong asing (China) yang turut serta bersama rombongan kenegaraan untuk kemudian melakukan deal-deal bisnis setelah pertemuan bisnis berlangsung.
Singkat cerita, saat saya berpamitan, saya bertukar kartu nama dengan pengusaha China itu. Dia meminta saya melakukan pendekatan dengan Gubernur Papua, Lukas Enembe, agar proyek pengadaan generator listrik di Papua lancar. Saya tersenyum saja. Tidak mengiyakan.
Saat pengusaha China ini mengambil kartu nama dalam dompet kartu namanya, tak sengaja ia menjatuhkan salah satu kartu nama berwarna merah kotak-kotak. Terbaca sepintas dari kartu nama yang jatuh tersebut ber-kop Relawan Jokowi dengan salah seorang nama tercantum di atasnya.
Saya pura-pura bertanya, kartu nama apakah gerangan? Ia menjawab sambil tertawa, "This is my magic card..."
Saya senyum asam pahit saja...
Duhai Allah... Selamatkanlah bangsa Indonesia...
(Azzam Mujahid Izzulhaq)