The Pac Man 'Beberapa Pelajaran'


The Pac Man
‘Beberapa Pelajaran’

*by Fatwa Muhammad

Sudah lebih dari dua hari mega duel itu berlangsung. Floyd Mayweather Jr. keluar sebagai pemenang dalam tarung tinju selama 12 ronde. Ketiga juri memberikan angka kemenangan bagi petinju yang berjuluk “Money” tersebut. Manny Pacquiao atau sering dipanggil Pac Man tampak kecewa dengan hasil tersebut. Padahal, menurut pendapat Pac Man, ia mendominasi tarung dengan pukulan dan jab yang dilancarkan. Sementara Mayweather lebih banyak menjaga jarak dan mengatur irama tinju.

Data statistik menunjukan bahwa Mayweather memukul sebanyak 458 kali dan 148 pukulan mendarat di bagian tubuh Pac Man. Sementara Pac Man ‘hanya’ memukul 448 kali dan 124 yang berhasil mengenai Mayweather. Jadi, Mayweather membuktikan bahwa gaya tinjunya lebih efektif dibanding Pac Man yang cenderung kurang efisien. Seperti ungkapan di salah satu akun teman di facebook, ”Otak memilih Mayweather. Hati memilih Pac Man.” Penulis menganggap ada benarnya juga pernyataan tersebut.

Linimasa media sosial lebih berpihak dengan Pac Man. Sikapnya yang rendah hati dan dermawan menjadi pemikat masa mengapa Pac Man dipilih. Setengah bayaran bertinju di MGM Las Vegas atau sebesar 40 juta USD akan di donasikan ke masyarakat. Uang bukan menjadi tujuan Pac Man. Ia bukan seorang mata duitan seperti Mayweather. Perilaku dermawan Pac Man mengundang simpati dari banyak pihak.

Dari pertandingan kemarin saya merasa tergelitik untuk mencari tahu siapa Pac Man. Media-media online seperti kompas.com dan tempo.co sempat mengulas latar belakang Pacquiao. Masa kecilnya dilalui dalam kondisi miskin. Ia mendapatkan uang saat berusia 12 tahun melalui tinju. Setelah menang dalam pertarungan tinju ia segera memberikan uang kepada ibunya untuk segera dibelikan makanan. Ia hanya mengatakan jika uang tersebut dihasilkan dari jualan di pasar.

Penulis melihat Pac Man yang begitu mencintai dan menyayangi ibunya sehingga mengorbankan masa kecil. Pac Man memilih bertinju daripada bermain-main agar tetap bertahan hidup. Sebagai anak tertua ia bertanggung jawab kepada keluarga bagaimana ‘menjamin’ makanan mereka di esok hari. Apa yang dilakukan Pac Man kontras dengan kehidupan anak-anak muda yang terkadang menghardik orang tuanya sendiri. Naudzubillah min dzalik.

Kehidupan masa kecil yang sangat keras terbawa ke ring tinju. Gaya bertinju Pac Man cenderung agresif dan terus menyerang. Penulis melihat Pac Man bertinju bukan sebagai olahraga (sport) tapi sebagai cara bertahan hidup (survival). Ia begitu kuat, keras, dan tak pernah mundur. Yang lebih hebat lagi tak ada dendam di wajahnya saat bertinju. Tidak ada arogansi dan kesombongan seperti petinju lainnya. Hanya ada bertarung, bertarung, dan bertarung. Melihat Pac Man bertinju seperti bertinju dengan hati (passion), tidak hanya dengan teknik dan etos disiplin. That’s the different.

Pernah melihat gaya bermain Cristiano Ronaldo dengan Lionel Messi? Zlatan Ibrahimovic, striker klub PSG (Paris Saint Germain), mengatakan bahwa Messi bermain dengan hati (heart) sementara Ronaldo bermain teknik dan disiplin. Sehingga, lagi-lagi menurut pendapat penulis, Messi lebih enak ditonton ketimbang Ronaldo. Nah, Pac Man menjadi petinju yang enak ditonton dan selalu meningkatkan adrenalin penonton ketimbang Mayweather. Tentu mustahil bagi Pac Man bila hanya mengandalkan bakat tanpa etos disiplin yang tinggi.

Beberapa pendapat ilmuwan Islam yang pernah penulis baca mengungkapkan bahwa salah satu rahasia kemajuan dan kemenangan adalah disiplin. Disiplin menjadi kata yang mudah di dengar tapi sulit dilaksanakan.

Beberapa pelajaran penulis ambil dari Pac Man. Pertama, mencurahkan hati dan cinta dalam aktivitas kerja / belajar / lainnya. Bekerja, belajar, dan aktivitas lain dibutuhkan cinta. Sebab dengan mencintai sesuatu maka akan membuat kita mau mengorbankan sesuatu. Di tempat kerja penulis banyak karyawan yang tidak mencintai pekerjaan. Dasar mereka bertahan adalah penghasilan, cicilan, dan keluarga. Akibatnya mereka dan termasuk penulis kurang bisa maksimal dalam pekerjaan. Tidak ada cinta dalam pekerjaan.

Kedua, etos kerja disiplin. Membangun etos kerja disiplin bukanlah pekerjaan mudah. Butuh jutaan motivasi agar bisa mendorong seseorang membuang kebiasaan malas. Mau tidak mau dan suka tidak suka disiplin harus ditempuh. There is no shortcut. Ketiga, bersikap dermawan dan tahu diri. Saat seseorang berada di puncak dalam fase kehidupan terkadang ia lupa darimana ia berasal. Pac Man tidak lupa. Ia pernah miskin. Saat senang ia tetap berbagi dengan orang-orang kurang mampu di Filipina. Pac Man tidak lupa.

Wallahu’alam bis shawab

Baca juga :