Saudi dan Era Baru Kebangkitan Islam, Ketika Operasi "Badai Penentu" Meluas


Ketika Operasi "Badai Penentu" Meluas

Oleh Mazen Hammad*
(Kolumnis Al-Wathan Qatar)

Dua elit Hamas, Ismail Haniyeh dan Mahmoud al-Zahar mendesak dan “meminta tolong” Arab Saudi agar menggulirkan kembali kesepakatan Makkah-II tahun 2007 dan kembali memediasi Fatah dan Hamas dalam sebuah rekonsiliasi Palestina yang sudah lama mandeg. Dua elit Hamas ini beralasan, kekuatan-kekuatan koalisi operasi militer “Badai Penentu” ‘tiba’ di Palestina dengan kecepatan di atas rata-rata setelah peran Mesir menurun dalam menyatukan Palestina, padahal sejak 1948, negeri piramida itu yang ngemong persoalan Palestina.

Jika setelah mengkudeta Ikhwanul Muslimin, Kairo di bawah kendali Abdel Fattah al-Sisi melepaskan diri dari Ikhwan (Hamas) di Palestina dan enggan menjadi penengah yang bersih, maka pintu luas terbuka bagi Riyadh untuk memegang kendali Palestina. Sebab kini Riyadh memiliki tanggungjawab baru sebagai referensi di antara negara-negara Arab menyusul perannya sebagai pemimpin operasi Badai Penentu di Yaman yang didukung oleh Hamas. Bukan hanya di antara dunia Arab tapi juga dunia Islam sekaligus.

Ini tugas sulit bagi Saudi. Mereka harus membersihkan ‘halaman’ mereka di Yaman dari terorisme Houthi dan menyelamatkannya dari ketamakan ekspansi hegemoni Iran. Maka salah satu konsekwensi koalisi “Badai” dan mengokohkan kepemimpinan Saudi di kalangan bangsa Arab dan Islam adalah segera merespon permintaan Haniyeh dan al-Zahar.

Bukan hanya persoalan Palestina saja yang harus didampingi oleh Saudi, sebab kemungkinan jatuhnya rezim Suriah menuntut peran sentral Riyadh yang dahulu pernah menghentikan perang saudara Libanon di tahun 1989.

Barangkali Saudi dituntut untuk interaksi dan aktif dengan tantangan-tentangan dan peran sulit dalam perkembangan-perkembangan saat ini, terutama setelah Kairo yang tidak mungkin selamat dari bencana krisis ekonomi dan politik kalau tidak ada kucuran milyaran Saudi, Emirat dan Kuwait.

Di tengah pesimistis peran Suriah atau Irak untuk bisa menyatukan Arab selama beberapa dekade, hanya ada satu negara Arab yakni Saudi yang layak secara politik, militer dan keuangan untuk meresmikan era kebangkitan Arab dan negara Islam di bawah kendalinya. (Al-WathanQatar/at/infopalestina.com)
Baca juga :