Air mata tumpah tak terbendung, suasana haru biru menghiasi sholat jum'at di Musalla Lapangan ACT di Kuala Cangkoy Aceh, (22/5/2015). Tidak ada mata yang tidak basah termasuk para Relawan kemanusiaan di Aceh, mereka menangis seakan sedang berpelukan, melepas peluh, menghempas beban setelah sekian lama tidak sholat berjamaah bersama setelah terkatung dilaut berbulan-bulan. Hingga doa doa cinta mereka membawa mereka ke pelukan Aceh.
Setidaknya doa singkat mereka terkabulkan, sebagaimana penuturan salah seorang dari mereka, bahwa dia selalu berdoa, "Ya Allah... sampaikanlah kami kesebuah Negeri yang mencintai kami...”
Kini mereka berada di Aceh. Terdampar di bibir Malaka setelah berbulan membawa jiwa tanpa harapan yang pasti, hanya iman yang membaja yang membuat mereka bertahan hingga Allah mempertemukan mereka dengan Aceh.
Aceh kini memeluk mereka dalam dekap ukhwah cinta yang mungkin masih bisu karena Indonesia masih kaku, Jokowi masih sibuk blusukan tanpa arti. Jokowi masih sibuk mencari bagaimana cara mensejahterakan negeri, “bagaimana sejahtera kalau kalian masih bersandiwara..?” Gembar gemborkan Pancasila dan Demokrasi, giliran manusia datang minta bantuan tidak dipeduli.
Tapi tidak Apa karena Indonesia itu bukan Jokowi tapi warganya itu sendiri, Aceh adalah bukti, Aceh menyampaikan pada dunia inilah Indonesia.
Setiap hari warga Aceh dari berbagai pelosok mengunjungi saudaranya dari Rohingya, walau beda bahasa dan sama-sama tidak mengerti, namun cukup hanya dengan memberi salam dan berjabat tangan Aceh-Rohingya seakan sudah saling berkenal lama yang kini dipertemukan kembali.
Berduyun warga Aceh datang membawa bantuan ala kadar, mulai dari membagikan uang 2000an untuk anak-anak, makanan ringan, beras hingga baju layak pakai. Bantuan datang dari berbagai lembaga baik dari lembaga pendidikan, NGO dan perseorangan mulai anak TK hingga Kakek Tua renta. Itulah cinta. Cinta sesama Muslim kepada Saudaranya, yang jelas sangat beda dengan mereka-mereka yang hanya bisa meneriakkan HAM ketika Gembong Narkoba di vonis mati, namun ketika ribuan Muslim Rohingya merenggang nyawa di negeri sendiri tidak ada yang peduli, semua diam. Kemana hati Anda...?
Yang jelas kini warga Aceh telah memberi bukti bahwa mereke benar-benar muslim sejati, mereka membatu mulai dari anak TK hingga kakek tua dan ini menjadi bahan renungan untuk pimpinan negara-negara Muslim dunia khususnya Indonesia. Ingat hidup ini hanya sementara dan dunia ini bukan milik kita.
*by Zulkarnen
Relawan Lapangan ACT di Kamp Pengungsian Kuala Cangkoy Lapang Aceh Utara