Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin memberikan pandangan versinya tentang syiah dan dia juga terindikasi syiah, benarkah begitu?
Bagaimana posisi pemerintah terkait keberadaan Syiah?
Kemenag sebagai bagian dari pemerintah tidak dalam posisi menentukan, apakah paham ini baik atau buruk, benar atau salah. Kita bukan dalam posisi untuk menilai. Apalagi ini kafir atau bukan. Biarkan itu jadi kewenangan ulama yang ada di NU, Muhammadiyah, MUI untuk menyikapi keragaman perbedaan paham ini. Saya pribadi menghendaki, selama perbedaan bukan prinsipil tidak ada alasan untuk saling menegasikan atau menafikan satu sama lain. Perbedaan itu given saja, sunatullah.
Artinya, Syiah merupakan bagian dari Islam?
Saya mengacu pada hasil deklarasi yang dikeluarkan Konferensi Islam International di Yordania, 4-6 Juli 2005 yang kemudian ditegaskan lagi pada sidang ke-17 OKI di Yordania pada Juni 2006. Di situ menyatakan bahwa Syiah itu macam-macam, seperti di ahlisunnah. Sebagian dari aliran Syiah dianggap masih bagian dari Islam seperti, Ja'fari, Zaidiyah, Ibadiyah, Zahiriyah. Bahkan sampai tahun lalu umat Syiah seperti Iran dan negara lain masih berhaji di Mekkah dan Madinah. Saudi anggap mereka bagian saudara muslim. Jadi itu bisa jadi pegangan kita bahwa perbedaan itu tidak perlu jadi cara kita saling menegasikan.
Kalau menurut Anda?
Pandangan saya seperti ini, tolong diluruskan, selama ini saya sering disalahpahami bahwa saya Syiah, karena terlalu membela Syiah. Sebenarnya saya tidak bela Syiah. Saya hanya menjelaskan yang sesungguhnya. Harapan saya ke depan bagaimana umat Islam meski berbeda tidak saling menafikan. Karena terus terang saya khawatir kalau tidak bangun kesadaran seperti itu, peristiwa di Irak di Suriah bisa juga terjadi di sini. Sesama muslim sama-sama meneriakkan takbir tapi saling menumpahkan darah. Itu tidak terbayangkan terjadi di kita.
Apakah ada kepentingan politik di balik gerakan anti Syiah?
Kita tidak terhindarkan, pengaruh politik kuat sekali. Karena kita tidak pernah ada masalah isu Sunni Syiah, 20 tahun atau 50 tahun lalu. Sekarang kenapa mengeras. Pengaruh politik memang besar sekali. Umat Islam harus punya kesadaran tinggi, untuk menjaga dan merawat keindonesiaan yang beragam. Jadi berislam juga tidak bisa dipisahkan dengan berindonesia. Karena hanya dengan tanah air yang penuh kedamaian, umat Islam bisa jalankan syariat dengan baik. (ri)
Sumber: http://analisis.news.viva.co.id/news/read/621295-saya-sering-disalahpahami-sebagai-syiah
Bagaimana posisi pemerintah terkait keberadaan Syiah?
Kemenag sebagai bagian dari pemerintah tidak dalam posisi menentukan, apakah paham ini baik atau buruk, benar atau salah. Kita bukan dalam posisi untuk menilai. Apalagi ini kafir atau bukan. Biarkan itu jadi kewenangan ulama yang ada di NU, Muhammadiyah, MUI untuk menyikapi keragaman perbedaan paham ini. Saya pribadi menghendaki, selama perbedaan bukan prinsipil tidak ada alasan untuk saling menegasikan atau menafikan satu sama lain. Perbedaan itu given saja, sunatullah.
Artinya, Syiah merupakan bagian dari Islam?
Saya mengacu pada hasil deklarasi yang dikeluarkan Konferensi Islam International di Yordania, 4-6 Juli 2005 yang kemudian ditegaskan lagi pada sidang ke-17 OKI di Yordania pada Juni 2006. Di situ menyatakan bahwa Syiah itu macam-macam, seperti di ahlisunnah. Sebagian dari aliran Syiah dianggap masih bagian dari Islam seperti, Ja'fari, Zaidiyah, Ibadiyah, Zahiriyah. Bahkan sampai tahun lalu umat Syiah seperti Iran dan negara lain masih berhaji di Mekkah dan Madinah. Saudi anggap mereka bagian saudara muslim. Jadi itu bisa jadi pegangan kita bahwa perbedaan itu tidak perlu jadi cara kita saling menegasikan.
Kalau menurut Anda?
Pandangan saya seperti ini, tolong diluruskan, selama ini saya sering disalahpahami bahwa saya Syiah, karena terlalu membela Syiah. Sebenarnya saya tidak bela Syiah. Saya hanya menjelaskan yang sesungguhnya. Harapan saya ke depan bagaimana umat Islam meski berbeda tidak saling menafikan. Karena terus terang saya khawatir kalau tidak bangun kesadaran seperti itu, peristiwa di Irak di Suriah bisa juga terjadi di sini. Sesama muslim sama-sama meneriakkan takbir tapi saling menumpahkan darah. Itu tidak terbayangkan terjadi di kita.
Apakah ada kepentingan politik di balik gerakan anti Syiah?
Kita tidak terhindarkan, pengaruh politik kuat sekali. Karena kita tidak pernah ada masalah isu Sunni Syiah, 20 tahun atau 50 tahun lalu. Sekarang kenapa mengeras. Pengaruh politik memang besar sekali. Umat Islam harus punya kesadaran tinggi, untuk menjaga dan merawat keindonesiaan yang beragam. Jadi berislam juga tidak bisa dipisahkan dengan berindonesia. Karena hanya dengan tanah air yang penuh kedamaian, umat Islam bisa jalankan syariat dengan baik. (ri)
Sumber: http://analisis.news.viva.co.id/news/read/621295-saya-sering-disalahpahami-sebagai-syiah