Jakarta - Para petinggi PDIP mendatangi Istana Negara untuk menemui Presiden Jokowi. Para elite yang datang merupakan Ketua DPP PDIP dan 34 Ketua DPD PDIP se-Indonesia.
Mereka tiba di Istana pukul 15.30 WIB menggunakan sebuah bus sewaan. Hadir pula Ketua DPP PDIP sekaligus Menko PMK Puan Maharani.
"Belum ada. Ini baru mau masuk," kata Puan sebelum masuk kompleks Istana Negara, Jl Veteran, Jakarta Pusat, Rabu (6/5/2015).
Sebagian besar dari mereka mengenakan batik berwarna merah tua. Ada pula yang menyematkan pin berlogo PDIP.
Ketua Fraksi PDIP DPR RI Olly Dondokambey kemudian menyebutkan bahwa pihaknya akan memberikan masukan kepada Jokowi. Salah satunya adalah soal penyerapan anggaran.
"Tentang masalah keterlambatan anggaran. Kita ingin berikan informasi ke pemerintah karena kelambatan serap anggaran karena kementerian teknis belum menjalankan fungsinya," kata Olly.
(Sumber: http://news.detik.com/read/2015/05/06/155204/2907581/10/)
***
Presiden mengundang dan bertemu seluruh kepala daerah di istana itu biasa. Nah, di tengah keterpurukan ekonomi, "petugas" PDIP mengundang dan menjamu seluruh ketua PDIP itu terobosan luar-biasa. Itulah uncommon wisdom. Hanya otak yang tercerahkan revolusi mental yang sanggup memahaminya.
Mengapa yang diundang ketua-ketua PDIP, bukan kepala daerah?
Mungkin para ketua PDIP ini lebih memahami seluk-beluk pembangunan dan pemerintahan daripada si kepala daerah. Mungkin juga masukan mereka lebih orisinal.
Atau ini amerupakan pengejawantahan dan respons konkret dari petuah Megawati pada kongres PDIP lalu. "Jika tidak mau disebut petugas partai, silakan keluar!"