Al-Sisi, antek-anteknya, serta mufti dan ulamanya menyangka bahwa kezaliman dan fatwa mulaffak bisa membungkam spirit revolusi dan jihad di Mesir. Dan puncaknya mereka mengeluarkan keputusan hukuman mati bagi Presiden Muhammad Mursi, ulama-ulama, daiyah-daiyah, dan pemimpin-pemimpin Mesir.
Terkadang seorang penguasa thaghut ditangguhkan bukan karena Allah Ta'ala lemah. Sekali-kali tidak. Allah Maha Gagah dan Maha Perkasa. Allah Ta'ala pasti menolong agama Islam dan hamba-hamba yang mentauhidkan-Nya dan mentaati hukum-hukum-Nya.
Terkadang seorang thaghut agar layak menyandang predikat sebagai thaghut ia harus melakukan kezaliman yang melampaui batas-batas kemanusiaan, penghancuran hebat, pembunuhan biadab, dan pengingkaran yang tegas terhadap Allah Ta'ala. Karena itu, Allah Ta'ala berfirman tentang kondisi mereka, "Hanya saja Kami menangguhkan mereka supaya mereka bertambah-tambah membuat dosa, dan bagi mereka adzab yang menghinakan." (QS. Ali 'Imran: 177)
Pelaksanaan hukuman mati pada Muhammad Mursi, ulama-ulama, daiyah-daiyah, dan pemimpin-pemimpin Mesir dalam semua dimensinya adalah sebuah kebaikan.
Mereka mendapat kehormatan dari Allah Ta'ala telah dipilih untuk menjadi syuhada`. Mereka akan hidup disisi-Nya dengan mendapatkan rizki. Nama mereka akan abadi dikenal generasi muslim sesudahnya. Dan ketsabatan mereka dalam perjuangan menegakkan kebenaran dan keadilan Rabbani akan selalu menerangi perjuangan generasi-generasi selanjutnya.
Di sisi lain pelaksanaan hukuman mati itu akan menjadi pintu membaranya Mesir. Spirit revolusi dan jihad yang sementara tertahan tembok tebal kekuasaan thaghut akan membara kembali. Ketika revolusi dan jihad menjadi harga mati maka thaghut Al-Sisi, antek-anteknya, serta mufti dan ulamanya yang mentabrir kejahatan-kejahatan dan kebiadaban-kebiadabannya pasti akan dihempaskan tanpa ada ampun. Dan Al-Sisi yang memiliki kreteria "sufyani" insya Allah akan menjadi thaghut terakhir di Mesir.
*dari fb ustadz Hafidin Achmad Luthfie