Hari ini kita berduka karena ditinggal seorang sahabat, seniman dan lentera inspirasi: Ferrasta Subardi, atau Mas Pepeng.
Saya teringat masa-masa kampanye 2004. Pepeng memandu acara puncak kampanye PKS di GBK Senayan. Gayanya santai tapi berisi, percaya diri tapi membumi. Pada 2004 itu juga saya pernah berkampanye dengan Pepeng di Ambon. Sama juga kesan yang membekas: Pepeng adalah sahabat yang menyenangkan sekaligus tempat belajar.
Saya ingat pernyataan Pepeng, bahwa dia ingin berdamai dengan penyakitnya. Ia ingin ikhlas agar yg dirasakan hanyalah sakit fisik, bukan sakit ruhani. Pepeng berikhtiar agar ruhaninya tetap sehat. Keikhlasan dan ketegaran Pepeng hanya bisa dicapai karena kepasrahan dan prasangka baik atas apa yang dilimpahkan Allah kepada makhluk-Nya.
Meminjam "sajadah panjang" Bimbo dan Taufiq Ismail, perjalanan Pepeng adalah "tahajjud panjang", tak berbilang rakaat, penuh makna dalam keheningan.
Selamat jalan, Mas Pepeng. Keikhlasanmu adalah cermin bagi kami.
Allahummaghfir lahu warhamhu wa'aafihi wa'fu'anhu..
*dari fb Anis Matta (6/5/2015)