Oleh Tara Palasara
Galang Rambu Anarki dengarlah
Terompet tahun baru
Menyambutmu
Galang Rambu Anarki ingatlah
Tangisan pertamamu
Ditandai BBM melambung tinggi
Maafkan kedua orang tuamu kalau
(Tak mampu beli susu)
BBM naik tinggi (susu tak terbeli)
Orang pintar tarik subsidi
Anak kami kurang gizi
Aihhhh... Bang Iwan, ada apa sebenarnya dengan dirimu?!
Di ujung senja usiamu, apalagi yang kamu cari???
Semuanya sudah kamu miliki, ketenaran... fans fanatik... harta benda.... isteri sholehah dan anak-anak yang mendo'akanmu....
Lalu, KENAPA HALUAN BAHTERA IDEOLOGIMU, ENGKAU BELOKKAN?
Entah kamu sadari tidak....
di kala dulu itu... [pada suatu masa]
kidung-kidung dewata-mu selalu menjadi teman bagi jiwa-jiwa derita penuh lara yang terhimpit oleh "kejam"-nya kehidupan...
(lagu-lagu itu) tidak lantas menyelesaikan masalah memang, tapi cukup menjadi seteguk air bagi insan yang kehausan di tengah teriknya padang gersang kehidupan...
Masih ingatkah kamu, dengan syair lagu Galang Rambu Anarki, yang kamu tulis ketika Pemerintah [waktu itu] menaikkan Harga BBM?
KINI, KENAPA KAMU DIAM, BANG?
[ketika Rezim Dzolim ini membiarkan rakyatnya bagai anak yg kehilangan induknya dengan seenaknya menaik-turunkan harga BBM]
Masih mampukah kamu, untuk mendendangkan lagu itu?
Kalau berdendang tidak sanggup... masih bisakah untuk sekedar menyenandungkannya...? untuk menyapa jutaan fans fanatikmu yang sedang terharu biru diluaran sana oleh pengapnya keadaan...
Bang Iwan...
Hidup memang pilihan...
Ketika dulu [di saat susahmu] kamu lebih memilih menjadi pertapa jalanan... dengan menebarkan gubahan syair penuh cinta nan bermakana... bagi mereka yang sendang dirundung duka...
Kini, ketika kamu sudah senang.. kenapa kamu tinggalkan mereka.. dan kamu lebih memilih berasyik masuk dengan Penguasa?
ADA APA DENGANMU BANG ?! ini bukan soal Rupiah khan ?!
BICARALAH...
Namun...., apapun itu Bang,
seperti tertulis dalam syairmu "Orang Pinggiran",
rakyat [kecil] bukanlah pemalas... bukanlah pengeluh...
mereka pekerja keras !
Rakyat [kecil] meLEenguh adalah menyuarakan haknya... karena pribadi-pribadi sepertimu [di masa lalu] yang menjadi penyambung lidah rakyat, kini semakin langka....
bahkan dirimu sendiri, sudah tidak bisa [rakyat kecil] "harapkan" lagi....
dan Bang,....
Rakyat akan menempuh jalannya sendiri...
Pun jika kamu tetap tidak mau bersamanya kini... maka lagu-lagu masa lalu-mu lah, yang akan mereka lantunkan... walau dengan nada parau syair sumbang.... karena lidah yang kelu akibat getirnya kehidupan....
MAAF BANG, SEKARANG KITA BEDA JALAN.....
[penulis menulis status ini, sambil mendengarkan lagu "IBU".... semoga do'a dari jutaan para Ibu di tanah air, bisa menguatkan dan menabahkan jiwa-jiwa lara terluka, yang tertatih-tatih merangkaki kehidupan yang buas dan tak berbelas kasih ini..., aamiiin]
*dari fb Tara Palasara (4/4/2015)