Suara Hati Teruntuk Presiden Mursi


By: Nandang Burhanudin

Siapa kira, Soedirman yang hanya seorang guru ngaji biasa dengan badan kurus kecil, namun di kemudian hari ia menjadi Jenderal Besar berbintang 5. Siapa menyangka Nelson Mandella, pesakitan politik namun di ujung usianya ia dikenang dunia sebagai pahlawan dunia.

Konsistensi dalam perjuangan melawan kezhaliman, itulah yang menjadikan seseorang beralih peran: from zero to hero, from hero to superhero. Siapapun bisa meraihnya, termasuk yang memiliki kekurangan secara fisik. Itu yang diraih Ernesto Che Guevara di Kuba, Syaikh Ahmad Yassin di Palestina.

Hal yang sama kini dialami satu-satunya Presiden Arab yang terpilih secara demokratis. Ia adalah Presiden Mursi. Vonis hukuman yang dijatuhkan berlipat-lipat, atas tuduhan yang seluruh presiden dan pejabat di dunia ini melakukannya.

Presiden Mursi tengah menulis sejarahnya sendiri. Kendati ia tidak hadir di Konferensi Asia Afrika dan mendekam di penjara, namun tekad bulat dan keberaniannya hampir tak lagi dimiliki para pemimpin dunia saat ini. Mursi seakan tengah mempraktikkan apa yang menjadi komitmennya di hadapan jutaan rakyat Mesir:

"Anak-anak cucu kami (di kemudian hari) akan tahu, bahwa ayah-ayah dan kakek-kakek mereka adalah para pahlawan. Mereka tidak menerima kesewenang-wenangan. Mereka pun tidak tunduk pada pengaruh kaum perusak. Mereka tidak menerima tindakan merendahkan terhadap agama, negara, dan hak konstitusional mereka."

Itsbit ya Rais, khallik hadid waraak ya Rais milyun syahid....

(Tegarlah wahai Presiden. Tetaplah teguh kokoh laksana besi. Di belakangmu siap mendukung sejuta syahid.)

Yel-yel demonstrasi yang membuat Mursi tak pernah tunduk pada tekanan junta kudeta. Mursi tengah memantaskan diri menjadi pahlawan abad 21. Sejarah akan membuktikan, apakah ia akan seperti Nelson Mandella atau menjadi Syaikh Ahmad Yassin, Syaikh Omar Mukhtar di kemudian hari.

Omar Mukhtar yang gagah berani mengatakan, "Jadilah orang yang penuh izzah. Jangan pernah tunduk bagaimanapun kondisi darurat sekalipun. Sebab bisa jadi, kesempatan bagimu untuk mengangkat kepala, tidak akan pernah datang kembali. Kami tak akan pernah menyerah, kami menang atau kami harus mati."

Baca juga :