By: Nandang Burhanudin
Runtutan kata terpatri dalam jiwa, bahwa imperium kebenaran tidak boleh terkalahkan anasir jahat kebatilan. Setiap kita harus siap mengisi ruang-ruang. Karena pada prinsipnya tak ada ruang hampa, sebab jika tak diisi kebenaran maka kebatilan akan siap menggantikan.
Kader-kader dakwah sudah saatnya memiliki pemahaman utuh soal tabiat as-shiraa' baina al-haq vs al-bathil (Pertarungan antara Haq dan Batil). Pemahaman utuh tidak bisa lahir kecuali kita memiliki 3 kualitas pemahaman (Jaudatul Fiqhi).
Kata al-jaudah identik dengan standarisasi kualitas. Ia lahir dari proses berkesinambungan terhadap al-kaif (cara berjuang) dan an-nau' (model perjuangan). Jaudatul Fiqhi berarti standar pemahaman seiring dengan strategi berjuang dan model perjuangan yang dinamis, namun tetap Islamis.
Kader dakwah tidak boleh diam. Ia harus terus bergerak dan bergerak. Karena saat bergerak, selain mengasah kemampuan, maka energi tersimpan pun selalu terbarukan. Bayangkan bila kader-kader dakwah cenderung pasif dan ekslusif. Imperium kebenaran hanya sekedar impian.
Ketika orang tertidur, kami terbangun itulah susahnya.
Ketika orang merampas, kami membagi itulah peliknya.
Ketika orang menikmati, kami menciptakan itulah rumitnya.
Ketika orang mengadu, kami bertanggungjawab itulah repotnya.
Makanya tidak banyak orang bersamamu disini, mendirikan imperium kebenaran.
Jika dakwah jalannya panjang, tetaplah hingga penghujung jalan kita bersua
Jika sedikitnya orang yang bersama kita, tetaplah bersama yang sedikit itu
Jika dakwah sulit, rumit dan pelik, tetaplah bertahan hingga Allah menentukan
Jika dakwah jalannya berat, jangan meminta enteng tapi mintalah punggung yang kuat untuk memikulnya.
Moga cinta diantara kita kekal, karena Allah Ta'ala.
Kita tak lagi ditanya sanggup atau tidak. Tugas kita terus merevolusi diri, hingga Indonesia menjadi negeri baldatun thayyibatun waRabbun ghafuur. Sebab terbukti, jika negeri ini dititipkan ke orang lain, mereka abai dan cenderung menjadikan Indonesia imperium kebatilan. Mau?