Saya tidak membela Haji Lulung... kenal aja nggak, bahkan liat tampangnya aja saya gak cinta. Tapi menarik sekali saat pembusukan dilakukan oleh media kepadanya seakan-akan dia memang penjahat yang sedang bertarung melawan kebenaran. Persis seperti Jokowi - Prabowo tahun lalu.
Saya tidak membela Haji Lulung... kenal aja nggak, bahkan saya bisa menilai sedikit bahwa dia tak lebih dari politisi kebanyakan, bermain irama politik seperti juga para politisi yang lain sering bermain, baik yang buruk maupun yang baik. Tapi menarik sekali saat beberapa media yang dulu hobi menyerang salah satu capres dan membusuk-busukkan karakter capres pesaingnya, kini berbuat serupa di wilayah politik Jakarta.
Mereka kembali menampilkan sosok idola dan sosok celaka, meninggikan yang tidak umum, dan melecehkan lainnya, seakan-akan semua hitam putih saat ini. Walaupun dulu yang mereka tampilkan putih berubah jadi hitam dan yang dulu mereka bisikkan sebagai hitam perlahan-lahan namun pasti terlihat putih.
Saya tidak membela Haji Lulung... kenal aja nggak, bahkan kalau saya dipaksa memilih dia jadi anggota dewan pun, saya pasti tetap memilih teman-teman saya yang jelas putihnya, walau hitam menurut mereka.
Tapi menarik sekali, bahwa para pembela capres yang didukung media kemaren, kini adalah pendukung idola baru dengan tema yang hampir sama, perilaku yang hampir sama dan dengan cara-cara yang hampir sama berusaha menjatuhkan setiap "oposan" idola baru mereka, begitu masif dan begitu aneh dalam bersikap... persis sama seperti tahun lalu... hampir sama, dan bahkan mungkin sama.
Saya tidak membela Haji Lulung, kenal aja nggak, bahkan Haji Lulung itu pun pasti gak kenal sama saya, apa lagi anak saya yang bungsu.
Tapi... kok kejadiannya jadi mirip-mirip 2014 ya...???
Ditulis: Fredy bin Mastarmansyah