Pak JK kurang kerjaan nih, ngapain juga ngurusi istilah-istilah Arab di bank syariah. Padahal nama beliau sendiri full Arab. Iya sih, kalau nama presidennya bukan Arab, Jokowi. Apalagi nama gubernur DKI, Ahok.
Apa pentingnya coba, mengganti nama dan istilah Arab menjadi Indonesia. Sama tidak pentingnya ketika istilah Indonesia harus di-Arabkan.
Seharusnya, sebagai Wapres, JK fokus saja membantu presiden dan jajarannya untuk mensejahterakan rakyat. Bagaimana kembali menguatkan rupiah yang saat ini sungguh terlalu melemah. Bagaimana membuat harga beras dan kebutuhan lainnya kembali murah. Setidaknya sama seperti zaman SBY dulu.
Bagaimana Indonesia kembali berdaulat menghadapi negara lain. Jangan mau didikte Australia, Amerika, Malaysia atau negara mana saja!
Sebab kalau Pak JK ngurusi istilah2 Arab yang sudah terlanjur mengindonesia, Pak JK nanti kecapek-an sendiri, lho. Banyak Pak, istilah2 Arab pada bahasa kita. Ini nih di antaranya: Dewan, perwakilan, rakyat, madrasah, ibtidaiyah, tsanawiyah, aliyah, masjid, sujud, takbir, tahlil, haji, id, al fitri, sahur, musyawarah, majlis, muhammad, jusuf dan kalla.
Nah, itu masih sedikit sekali lho Pak JK, yang saya sebutkan. Yang lain masih buanyak! Apalah semua istilah di atas akan Bapak rubah. Dan bahkan sampai Pak JK menyelesaikan jabatan wakil presiden lima tahun ke depan, pekerjaan ini tidak akan selesai!
(Abrar Rifai)