Oleh Hafidz Ary
Karena banyak yang nanya komentar tentang film PK, semalam saya nonton. Ternyata banyak orang Jaringan Islam Liberal mendukung film ini. Sudah diduga, ternyata banyak orang yang belum selesai bertanya tentang Tuhan.
Inti film ini adalah gagasan tentang bertuhan tapi tidak beragama. Film ini sebenarnya bagus, cuma kesimpulannya yang salah. Kritik-kritik logika terhadap agama persis seperti yang sering kita lakukan di Twitter.
Si PK, manusia alien, yang mencari tuhan dengan pertanyaan-pertanyaan sederhananya. Contohnya ketika PK membeli tuhan berupa patung dewa ukuran kecil untuk bisa mengabulkan permintaannya.
Ketika sudah beli dan doanya tidak terkabul, PK protes ke penjual patung, “Anda yang membuat ini?”
“Ya.”
“Anda yang membuat tuhan?”
“Bukan, ini patungnya.”
“Jadi ini bukan tuhan?”
“Bukan, itu patungnya?
“Untuk apa patung?”
“Untuk kita berdoa.”
“Bukankah Tuhan maha mendengar, kenapa perlu patung?”
Setelah gagal dikabulkan tuhan Hindu, dia datag ke gereja.Pemuka gereja malah membingungkannya dengan pernyataan, “Tuhan sudah disalib 2000 tahun lalu.”
“Bagaimana tuhan bisa disalib manusia?” Kritik logika terhadap konsepsi agama yang diajukan film ini menarik.
Ketik di dalam gereja, PK yang tadinya membawa sesajen berupa kelapa, terkaget karena di gereja yang dipersembahkan adalah anggur (wine).
PK membawa wine ke gereja, karena salah petunjuk dia membawa wine menuju masjid, sebelum sampai masjid, Muslim marah, dikejarlah dia.
Bingung dengan banyaknya agama, si PK ini akhirnya memeluk semua agama. Berharap salah satu agama ada yang tepat menuju tuhan.
Dia frustasi karena tidak menemukan tuhan.
Di akhir kisah, dia berpikir bahwa agama-agama yang ada adalah cara komunikasi yang salah sambung menuju tuhan. Menurutnya tuhan itu ada 2, tuhan yang menciptakan semesta ini dan tuhan-tuhan yang diciptakan pemuka agama. Digambarkan bahwa agama menebarkan ketakutan untuk merekrut pengikut demi kepentingan ekonomi si pemuka agama.
Film ini juga mengkritik Islam sebaga cara salah sambung menuju Tuhan. Saya tangkap ada 3 poin yang film ini kritik kepada Islam.
1. Larangan sekolah bagi perempuan
2. Cadar
3. Terorisme
Padahal 1 dan 3 tidak ada dalam Islam. No 2 terjadi beda pendapat di ulama.
Perbedaan kritik film ini terhadap Islam dan kepada agama lain adalah kritik terhadap agama lain soal konsep ketuhanan. Sedangkan kritik terhadap Islam tidak berbasis konsepsi tapi berbasis opini yang disebar media.
Jika Islam dikeluarkan dari bahasan film ini, maka saya setuju bahwa agama-agama tersebut adalah cara salah sambung manusia menuju tuhan. Ada yang perlu patung untuk berdoa, patung tuhan dibuat manusia. Ada yang tuhannya disalib manusia, ada yang ibadahnya berguling-guling menuju tempat ibadah. Ada yang ibadahnya dengan cara melukai dirinya, ada yang dengan mandi di sungai dan ritual membuang susu. Dan seterusnya. Semua itu memang cara komunikasi yang salah sambung menuju tuhan.
Contoh salah sambung misalnya, kenapa natal, kenapa tahun baru, kenapa menuhankan Yesus, apa acara di gereja, apa dasar melakukan itu semua?
Berbeda dengan Islam, seluruh konsepnya memakai dalil. Konsep aqidah, tuntunan ibadahnya lengkap, sistem kehidupan, dan lain-lain.
Itu kenapa kritik film PK pada Islam diambil dare opini, ketimbang konsepsi yang diyakini mayoritas muslim.
Tapi yang menarik adalah agar si PK ini dipercaya oleh teman perempuannya bahwa dia makhluk luar angkasa, dia harus menunjukkan mujizat. Mujizatnya adalah membaca pikiran orang hanya dengan memegang tangannya.
Ternyata film kritik agama juga memerlukan ide “mukjizat” yang biasanya hanya ada di agama. Begitulah salah satu metode untuk menguji apa agama salah sambung atau tidak, adalah dengan menguji mujizat yang ditunjukkan penyampainya. Ide mujizat dalam konsep agama juga dipakai film.
Dan di penutup, ada adegan “adu mukjizat” antara pemuka agama dan PK dalam mengungkap informasi yang terjadi di masa lalu.
Begitulah untuk dipercaya sebagai utusan, maka diperlukan bukti semacam mujizat. Bedanya Islam dengan agama-agama yang lain, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam meski sudah tidak ada tapi beliau masih bisa menunjukkan mu’jizatnya sampai hari akhir.
Mujizat yang ditunjukkan oleh PK adalah informasi, dia tahu tentang kakek-kakek yang ingin membahagiakan istrinya di hari ulang tahunnya.
Begitulah mujizat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: informasi. Sehingga abadi.
Sedangkan utusan nabi lain, karena diutus Tuhan hanya untuk orang-orang di zamannya, maka karakter mujizatnya bukan informasi tapi keajaiban yang dinikmati mata.Misal : menghidupkan orang mati, mengembuhkan yang buta, tongkat belah laut. Ini mujizat yang sifatnya temporal. Hanya untuk menunjukkan ke yang hadir
Singkatnya …
Karena frustasi dengan tuhan dan agama-agama yang diciptakan pemuka agama, PK memilih bertuhan tapi tidak beragama.
Sekali lagi, jika tanpa memasukkan Islam ke dalamnya, saya setuju sekali film PK bahwa agama yang ada cara salah sambung komunikasi dengan tuhan.
Btw, film ini dibintangi Amir Khan, aktor india. Main juga di film 3 Idiots. Film 3 Idiots tentang kritik sistem pendidikan, sedngankan film PK tentang kritik agama. Sutradaranya sama.
Pertanyaan dalam film PK memang sulit dijawab oleh agama lain, tapi terlalu mudah untuk dijawab Islam. Agama lain sulit ketika diminta menunjukan mujizat, karena mujizat nabinya (mereka menyebutnya tuhan) hanya untuk konsumsi orang-orang di masa nabi itu hidup
Alhamdulillah … Islam sangat anti hal berbau takhayul dan berhala. Syirik. Islam logis.
Jika Islam dikeluarkan dari bahasan, betul kata film ini.. Tuhan ada dua … Tuhan yang asli menciptakan kita dan tuhan yang diciptakan pemuka agama. Contohnya Yesus : ketuhanan Yesus diciptakan oleh pemuka agama (325 M). Ketuhanan roh kudus diresmikan pemuka gereja tahun 381 M. Patung Yesus dalam tradisi Kristen juga tidak berasal dari ajaran yesus, tapi adaptasi pagan Romawi. Agama jadi kreasi manusia
Salah sambung yang disajikan film PK adalah salah sambung segelintir pemeluk bukan agama. Tapi salah sambung yang diajukan film PK terhadap agama lain adalah salah sambung konsepsinya, terutama soal konsep ketuhanan. Film PK sebenarnya bagus, asal tidak memasukkan Islam sebagai bahasannya. Karena ketika memasukkan Islam, filmnya jadi tidak jujur, agama yang lain dikritik karena konsepsinya, sedangkan Islam dikritik karena anomali pemeluknya.
Yang lain dikritik agamanya melalui konsepsi sedangkan Islam dikritik agamanya melalui pemeluk, karena memang sulit menyerang Islam dr konsepsinya. Paling mudah mengambil Muslim yang melanggar konsepsi Islam dijadikan representasi Islam
Konsep ketuhanan dalam Islam jelas, tak ada celah. Clear!
*Sumber: Fimadani