Lawatan Presiden Jokowi ke Malaysia yang menghasilkan nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) antara Proton Holding Berhad dengan perusahaan PT. Adiperkasa Citra Lestari terkait pengembangan mobil nasional, menuai kritik dari berbagai kalangan.
Pengamat politik dan pemerintahan Universitas Padjajaran, Bandung, Idil Akbar menilai, selain kerjasama yang keliru, hal ini akan mematikan pengembangan proyek mobil nasional sendiri.
Dalam kerjasama tersebut kuat dugaa hanya untuk konsesi politik-bisnis antara Hendropriyono dan Jokowi.
"Keterlibatan Hendropriyono didalam perjanjian itu, semakin sulit menampikkan bahwa tidak ada upaya balas jasa (konsesi) politik dengan Presiden Jokowi," ujar Idil, Sabtu, 7 Februari 2015 malam.
Idil mengingatkan Hendropriyono adalah orang yang mempunyai jasa besar dalam pemenang Jokowi pada Pilpres kemarin. Namun Hendropriyono tak mendapatkan jabatan politik apapun dipemerintahan Jokowi.
"Jadi, kendati, ada penyangkalan bahwa semuanya murni bisnis, tapi sulit untuk tidak menilai bahwa itu adalah sebuah konsesi," katanya.
Sementara secara terpisah, Ulil Abshar Abdalla menuliskan, "Dulu Suharto butuh berkuasa lebih dari 25 tahun sebelum kasih konsesi mobnas ke "kroni"-nya", tulis Ulil melalui akun twitternya, @ulil.
Sebelumnya, Ulil juga menegaskan bahwa dulu Suharto butuh berkuasa lebih dari 25 tahun sebelum memutuskan penggunaan Timor sebagai mobil nasional.
"Dulu Suharto butuh berkuasa lebih dari 25 tahun sebelum kasih konsesi mobnas ke "kroni"-nya", demikian tulis Ulil.
Mengapa Jokowi terus menerus memberikan pahala politik pada Hendropriyono sebagai kroninya?
Direktur Lingkar Madani Indonesia (LIMA), Ray Rangkuti pun mengaku heran dengan keberadaan Hendropriyono yang seakan sangat dimanjakan oleh Jokowi dengan diberi berbagai posisi penting.
"Apa yang membuat Hendropiyono ini begitu istimewa di mata Jokowi?. Kemarin menantunya dapet Danpaspampres, anaknya dapet posisi petinggi Telkomsel, sekarang dapet perjanjian mobil nasional," kata Ray saat ditemui seusai mengikuti diskusi politik di Jakarta, Sabtu, 7 Februari 2015.
Oleh karena itu, dia mendesak agar Jokowi beberkan ke publik kenapa sosok Hendropriyono selalu diistimewakan. Menurutnya, bisa saja Jokowi membalas jasa Hendropriyono yang turut membuatnya menjadi Presiden. Namun, dalam balas jasa yang dilakukan Jokowi hanya Hendropriyono yang paling banyak mendapatkan imbalan.
"Saya tidak mengerti apa istimewanya Hendropriyono bagi Jokowi. Ya mungkin saja dia berjasa bikin Jokowi jadi Presiden. Tapi hanya Hendro yang diberikan keistimewaan," tutupnya.
Aji mumpung Jokowi untuk memberikan pahala politik bagi kroni-kroninya, terutama Hendropriyono harus segera dihentikan rakyat, karena Jokowi seharusnya pro rakyat, bukan pro Hendro yang Pro-ton. (fs)