"Tidak menyesal memilih, cuma jadi sering malu aja. Iya kan", demikian kicau jurnalis senior Zulfiani Lubis melalui akun twitternya, pagi ini Selasa, 10 Februari 2015.
Kicauan perempuan yang biasa disapa Uni ini sepertinya mewakili banyak pendukung Jokowi yang kini masih terus mencoba bertahan berdiri di sisi Presiden yang mereka pilih dengan segenap hati.
Memang, nampaknya menyenangkan sekali melihat mantan capres yang tempo hari kita dukung sekarang sudah bergerak dan bergerak. Bekerja dan bekerja. Para pendukung Jokowi memang mempunyai kontribusi dalam mendudukkan beliau di posisi tertinggi Republik Indonesia.
Di tengah kegembiraan itu, sebenarnya para pemilih Jokowi berada dalam situasi yang rumit. Itu mesti disadari dan diakui.
Bagaimana tidak? Mulai Mas Jokowi dilantik hari itu, sebenarnya beban terberat bangsa ini ada di pundak para pendukungnya. Bayangkan saja, setiap saat, para ex-jokower ini tegang. Saat penyusunan formasi kabinet kita tegang. Forum APEC kita tegang. Mas Joko jalan ke luar negeri kita tegang. Kenaikan BBM kita tegang. Penetapan Jaksa Agung kita tegang. Rentetan ketegangan yang nggak bakalan berhenti sampai bertahun-tahun ke depan! Aduduuuh.
Mencoba menyelami hati para pendukung Jokowi, berikut beberapa kisah pendukung Jokowi.
Rika, begitu perempuan cantik ini biasa dipanggil. Ia adalah istri seorang kader PDI P yang pada saat Pilpres 2014 lalu, sibuk mengawani suaminya berkeliling dari rumah tetangga yang satu ke rumah tetangga yang lain, untuk mengajak para tetangga mencoblos Jokowi.
Ketika itu, Rika begitu bersemangat menceritakan kelebihan-kelebihan Jokowi. Ia sangat yakin bahwa Jokowi akan mampu mengubah Indonesia menjadi lebih baik. Berkali-kali Rika menceritakan kesederhanaan Jokowi kepada para tetangganya.
Namun semenjak mengetahui bahwa putra Jokowi, Kaesang pergi bersekolah di Singapura, dan meski menggunakan tiket kelas ekonomi, ternyata pesawat yang membawa Jokowi ke Singapura kala itu hanya diisi oleh Jokowi, protokoler istana dan para pengawal, Rika mendadak membisu.
"Mbak Rika, mana, katanya Pak Jokowi sederhana? Kok anaknya sekolah di luar negeri? Bukan di SMA Negeri di Indonesia?," tanya Sri, seorang tetangganya.
Rika dengan gesit menjawab. "Eits, biarin.. kan pak Jokowi pengusaha mebel. Boleh dong dia nyekolahin anaknya di luar negeri. Yang penting gak pake duit negara".
Rika pun tetap gesit waktu menjawab soal kenaikan BBM, periku menteri Jokowi, hingga pernyataan Jokowi yang terkenal, "Bukan urusan saya".
Pagi ini, masih dengan semangat yang sama, Rika berdiri membela Jokowi, ketika para tetangga mengolok-olok Jokowi sebagai "Pinokio" terkait urusan mobil nasional.
"Mbak Rika ini apa gak merasa dikecewakan Jokowi to? Kok masih membela pembohong seperti Jokowi?", tanya seorang tetangganya.
Dengan mantap Rika menjawab, "Saya ndak pernah nyesel milih Jokowi. Meskipun jujur, sekarang saya sering dipermalukan Jokowi lewat kebijakan-kebijakannya yang aneh. Meski suami saya yang kader PDI P saja sekarang sudah males mbelain Jokowi, saya tetap semangat. Kasihan kan Pak Jokowi, nggak punya temen..".
Pernyataan Rika ini nyaris mirip dengan pernyataan Martha, putri seorang sahabat baik, IJ Kasimo, yang bersama-sama kemudian mendirikan Partai Katolik Djawa.
Martha menyampaikan, alasannya memilih Jokowi dulu, tak lain karena menginginkan wajah baru dalam pemerintahan Indonesia. Jokowi, ketika itu dianggapnya mampu menghadirkan wajah baru dalam politik Indonesia yang sangat semrawut ini.
Ketika ditanya apakah Martha menyesal, nenek 5 cucu ini menjawab singkat.
"Tidak menyesal, karena saya merasa sudah memilih dengan sangat yakin."
Namun, ia kemudian melanjutkan. "Tapi, kenyataannya sekarang, kebijakan Jokowi lebih buruk daripada SBY dan presiden-presiden lainnya. Itu yang bikin saya sekarang sering malu jadi pemilih Jokowi", ujarnya melalui sambungan telpon, pagi ini Selasa, 10 Februari 2015.
Martha juga menambahkan, perbedaan preferensi politik antara dirinya dengan putra putrinya yang memilih Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa ketika itu, kini membawa akibat yang kurang mengenakkan.
"Meski tak ada kata-kata bully yang menyakitkan hati, anak-anak sering bilang, 'Kalau miliih Jokowi, emang mesti sabar dan tabah, Mam.. Tabah nahan malu'..," imbuh Martha.
Uni, Rika dan Martha memang benar. Tak perlu ada yang disesali dari memilih Jokowi. Yang diperlukan kini adalah ketabahan menahan rasa malu yang datang berkali-kali sebagai akibat kebijakan-kebijakan dan ucapan-ucapan Jokowi yang kerap blunder dan ngawur. [*/fs]