Terbongkarnya Rekaman Skandal As-Sisi & Kemarahan Masyarakat Teluk



Oleh Hasmi Bakhtiar

Kemarin, channel Mukammilin Mesir menyiarkan rekaman penyadapan di kantor Abdul Fattah As-Sisi ketika masih menjabat sebagai Menteri Pertahanan di era presiden Muhammad Mursi. Ada tiga bagian rekaman yang disiarkan oleh channel Mukammilin yang saya kira tentu membuat pemerintah dan masyarakat teluk geram bahkan marah. Dalam rekaman tersebut terdengar percakapan antara As-Sisi yang ketika itu masih menjabat Menteri Pertahanan Mesir dan jenderal Abbas Kamil sebagai kepala kantor kementrian pertahanan dan jenderal Mahmud Hijazi.

Percakapan tersebut mengungkap bagaimana negara teluk selama ini telah dijadikan sapi perah oleh militer Mesir dibawah komando As-Sisi. Bagaimana tidak, negara teluk seperti Saudi Arabia, Qatar dan Uni Emirat Arab yang terkenal sebagai lumbung minyak diminta membayar uang 'keamanan' kepada militer Mesir. Dalam rekaman tersebut As-Sisi meminta agar negara teluk membayar USD 10 miliar untuk setiap negara, diantaranya Saudi Arabia, Qatar dan Uni Emirat Arab. Sebelumnya pada era raja Abdullah, Saudi Arabia sudah menggelontorkan dana sebesar USD 20 miliar tanpa status yang jelas, apakah pinjaman atau hibah, yang sekarang kabarnya sedang diusut oleh raja Salman.

Memang selama ini militer Mesir dikenal memiliki sumber keuangan yang melimpah. Selain memegang 40% ekonomi Mesir, militer negara tersebut juga banyak mendapatkan bantuan setiap tahunnya, seperti dari Amerika Serikat dan beberapa negara teluk. Yang lebih gilanya semua bantuan tersebut tidak melewati prosedur resmi bank negara Mesir, tetapi langsung masuk kepada dewan militer, yang otomatis penggunaannya tanpa audit yang jelas.

Menyikapi isi percakapan di kantor As-Sisi yang menurut saya cukup tidak beretika tersebut, sebenarnya saya sendiri tidak begitu kaget, melihat 'track record' As-Sisi dan petinggi militer Mesir seperti selama ini. Mereka kumpulan jenderal yang biasa menghalalkan segala cara demi mendapatkan apa yang mereka inginkan. Jadi dengan siapapun mereka bekerja sama kemungkinan untuk berkhianat sangat terbuka, termasuk pemimpin negara teluk. Muhammad Mursi saja yang memilih As-Sisi sebagai pembantunya di pemerintahan dan juga yang memimpin sumpah jabatan di depan Al-Quran bisa dia khianati, apalagi pemimpin negara teluk yang jenis dan model kerja sama mereka tidak jelas.

Sejak channel Mukammilin membuka hasil sadapan tersebut kepada publik, banyak respon bermunculan. Kebanyakan menyalahkan As-Sisi yang disebut tidak tahu terima kasih. Ibaratnya sudah dikasih daging malah kemudian menggonggong tuannya dibelakang.

Saya sendiri berpendapat sedikit berbeda, kucuran dana dari negara teluk yang jumlahnya ratusan miliar dollar tersebut tidak murni kemauan As-Sisi pribadi. Pemerintah negara teluk seperti Saudi Arabia dan Uni Emirat Arab memiliki kepentingan dan misi tertentu dari bantuan tersebut. Kepentingan dan misi inilah yang menyebabkan mendiang raja Abdullah dan Bin Zayid (penguasa Uni Emirat Arab) rela mengeluarkan uang sebanyak itu untuk membiayai kudeta di Mesir. Dan yang harus kita ingat adalah tanpa bantuan tersebut, mustahil tragedi kudeta terhadap Muhammad Mursi akan berhasil.

Ada keterkaitan kepentingan dan juga saling membutuhkan antara Saudi Arabia dan Uni Emirat Arab sebagai penyandang dana, As-Sisi dan pasukannya sebagai pelaksana kudeta di lapangan yang skenarionya dirancang Israel tentu dengan persetujuan Amerika Serikat.

Jadi kerugian yang diderita negara teluk akibat memberikan bantuan tunai kepada Mesir saat ini bukanlah kesalahan As-Sisi sendiri. Disana ada andil penguasa negara teluk yang mengikuti nafsu politik mereka yaitu ingin menumbangkan Ikhwanul Muslimin dan ekonomi Mesir.

Kita lihat raja Abdullah, jelas maksud beliau menggelontorkan dana sebegitu banyak untuk menghambat laju Ikhwanul Muslimin yang berhasil memenangkan pemilu Mesir dengan cara demokratis. Bukannya belajar berdemokrasi dari Ikhwanul Muslimin, malah sang raja membiayai kudeta yang akhirnya merugikan citra dirinya pribadi dan Saudi Arabia sebagai negara.

Kita lihat Uni Emirat Arab, negara mungil tersebut juga rela mengeluarkan dana untuk membiayai kudeta di Mesir walaupun nominalnya tergolong lebih sedikit dibanding Saudi Arabia, dengan tujuan yang agak-agak mirip yaitu menumbangkan pemerintahan Muhammad Mursi yang dinilai sukses membangkitkan ekonomi Mesir yang tentu menjadi ancaman bagi ekonomi Uni Emirat Arab, dengan alasan itu negara tersebut ikut membiayai kudeta dengan tujuan mematikan ekonomi Mesir.

Sekali lagi kita harus paham, bahwa penguasa teluk tidak bodoh, rela mengeluarkan dana sebanyak itu tanpa misi dan tujuan tertentu. Kalau Abdullah dan Bin Zayid murni ingin berinfaq tentu Palestina lebih berhak dari pada militer Mesir.

Jadi, jika hari ini saudara kita, masyarakat negara teluk marah melihat realitas negara mereka yang jelas-jelas tertipu oleh militer Mesir, maka orang yang paling berhak mereka marahi adalah pemerintah mereka sendiri. Pemerintah merekalah pihak yang paling bertanggung jawab atas kerugian negara demi menuruti nafsu politik sebagian pemimpin mereka. Kalau mereka ingin menuntut atau mengusut kasus ini mulailah dengan mengusut pemerintah mereka sendiri, seperti yang raja Salman lakukan saat ini, mengusut semua pihak yang bertanggung jawab atas bantuan terhadap pemerintah kudeta Mesir.

Dan ini juga seharusnya menjadi momen bagi penggiat politik di negara-negara teluk untuk segera sadar, bahwa kontrol terhadap pemerintah sangat dibutuhkan. Jangan sampai kemewahan menjadikan daya kritis masyarakat tumpul, membuat mereka seperti ular kekenyangan yang enggan melakukan apapun, dengan alasan kami sudah bahagia dan sejahtera.

Selama ini masyarakat negara teluk tenggelam dalam kemewahan yang memang sengaja diberikan oleh pemerintah, untuk mematikan daya kritis mereka akan kebijakan salah yang kerap dilakukan penguasa, seperti dukungan raja Abdullah kepada As-Sisi ketika menggulingkan presiden Mesir terpilih Muhammad Mursi.

Kita bisa bayangkan, jika pada waktu itu daya kritis masyarakat Saudi Arabia bagus maka konspirasi pemerintah Saudi Arabia terhadap Mesir yang juga negara muslim tersebut tidak akan mereka terima begitu saja. Sedihnya lagi, didalam waktu bersamaan tanpa mereka sadari Amerika Serikat telah sukses menancapkan pengaruhnya di Saudi Arabia, yang mungkin baru akan mereka disadari puluhan tahun mendatang.

*Hasmi Bakhtiar, Alumni Al-Azhar Mesir, Saat ini menempuh S2 di Lille Perancis Jurusan Hubungan Internasional. Kontributor Piyungan Online. (Twitter: @hasmi_bakhtiar)

http://www.takrim-alquran.org/program-sedekah-al-quran-untuk-kedua-orang-tua/

Baca juga :