Risqa. Gadis berusia 17 tahun itu datang ke Al-Hikmah dengan hanya membawa hafalan kurang dari satu juz. Juz 30 yang belum rampung itulah modalnya saat resmi diterima sebagai santri Al-Hikmah Bogor pada pertengahan bulan November 2014.
Dua bulan kemudian hafalannya melesat menjadi 10 juz. Sangat mengagetkan karena 10 juz itu bukan sekedar setoran saja, namun juga berikut muroja’ahnya. Ia mentasmi’kan seluruh setorannya yang 10 juz tersebut.
Saya takjub dengan pencapaiannya, bahkan suami saya sebagai perancang metodenya, merasa tak percaya. Karena dalam dua bulan pertamanya itu, Risqa bukan hanya setor 10 juz. Namun sekaligus melahap dua metode muroja’ah: Leveling dan PMC. Jelaslah dengan dua paket metode itu hafalannya mutqin.
Di akhir Desember 2014 kami mengadakan tes seleksi untuk program Super Manzil. Risqa lulus pada program itu dengan prediksi hafalannya akan melejit ke juz 18. Namun perhitungan kami keliru, ternyata ia sanggup menyelesaikan seluruh hafalannya hanya dalam tiga pekan. Ya, Risqa mampu menghafal lebih dari satu juz perhari.
Saya dan suami sengaja datang ketika tadi pagi (4/2/2015) ia menyetorkan juz 30, juz terakhirnya. Ia menyetorkan juz terakhirnya itu sambil terbata-bata dan linangan airmata. Semua yang hadir meneteskan air mata haru, terlebih saat ia tersungkur sujud begitu mengakhiri surat An-Naas.
Kami semua memeluknya dengan tangisan bangga. Bukan karena ia penghafal yang fantastis, atau pencapaiannya yang spektakuler. Namun karena kami tahu betul tekadnya yang membaja dan kerja kerasnya yang luar biasa. Ia tak pernah mau meninggalkan aktivitas tilawah dan menghafal meski tubuhnya didera sakit.
Sore tadi seusai tasmi’ kami menanyakan sujudnya yang di ulang sampai tiga kali. Ia menunduk, mengusap air matanya. Lalu katanya, "Semua ini semata-mata karena kemudahan dari Alloh".
*dari laman facebook Astri Hamidah