Kenapa Harus Proton, Bukan Esemka?


Pasca bekas Dewan Penasehat Tim Transisi (Wantim Transisi) seperti Jenderal (Purnawirawan) Luhut Panjaitan, dan KH Hasyim Muzadi mendapat jabatan sebagai Dewan Pertimbangan Presiden (Watimpres), kini giliran Letnan Jenderal (Purnawirawan) Hendropriyono yang ditunjuk Jokowi menggarap proyek mobil nasional berkerja sama dengan perusahaan mobil nasional Malaysia Proton. Dari keempat mantan Wantim Transisi, hanya Syafii Maarif yang menolak tawaran Jokowi untuk menjadi Watimpres.

Kunjungan Jokowi ke Malaysia meninjau pabrik pembuatan mobil Proton bukan hanya sekadar menyaksikan proses pembuatan mobil Proton dari dekat, namun Jokowi juga menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara CEO Proton Holdings, Abdul Harith Abdullah dan CEO PT Adiperkasa Citra Lestari, AM Hendropriyono yang telah direncanakan sebelumnya.

Abdul Harith mengatakan kolaborasi ini akan baik untuk kedua negara khususnya demi bisa bekerjasama untuk membangun produk bagi pasar yang lebih luas.

Sementara itu, Sementara, Hendropriyono mengatakan dengan adanya MoU tersebut, maka tidak saja bermanfaat bagi industri mobil.

"Tetapi juga bisa meningkatkan pengetahuan dan kemampuan rakyat Indonesia," kata mantan Kepala Badan Intelijen (BIN) itu.

Mengapa Jokowi memilih mengembangkan mobil nasional dengan menggandeng perusahaan mobil asal negeri jiran itu. Lupakah Jokowi dengan mobil Esemka karya pelajar SMK Solo yang pernah digunakan digadang-gadangnya sebagai cikal bakal mobil nasional. Atau langkah Jokowi meniru Presiden Soeharto pada era 1996–1998 yang menggandeng KIA dari Korea Selatan untuk membangun industri mobil Timor dan Cakra yang akhirnya tenggelam seiring dengan lengsernya kekuasaan Soeharto. [fn]

Baca juag:

Akhirnya Hendropriyono Dapat "Jatah" Proton

http://www.takrim-alquran.org/program-sedekah-al-quran-untuk-kedua-orang-tua/

Baca juga :