Kalau boleh saya jawab, TIDAK!
"Cerewet" yang bagi sebagian kita adalah perilaku menyebalkan, nyatanya fitrah yang Allah berikan kepada isteri kita.
Dahulu, di masa Khalifah 'Umar ibn Khaththab, ada seorang lelaki yang hendak mengadukan isterinya yang cerewet kepada Khalifah.
Namun, belum sempat mengetuk pintu rumah 'Umar, ia terdiam. Ternyata ia juga mendengar 'Umar sedang dicelotehi istrinya.
Beberapa hari kemudian ketika lelaki itu bertemu dengan 'Umar, ia menceritakan semuanya. Termasuk apa yang ia dengar di rumah 'Umar. 'Umar tersenyum dan menjawab, "Saudaraku, sesungguhnya isteri kita sudah lelah. Kewajibannya mengurus kita dan anak-anak kita. Maka biarkan ia meluapkan sedikit kepada kita."
Allahu Akbar!
Kita bisa lihat, bagaimana seorang 'Umar saja, yang dalam banyak riwayat dikatakan Sahabat Nabi yang paling disegani (bahkan syaithan saja lari ketika mendengar terompah beliau dari jarak sekian jauh), nyatanya ketika di rumah tidak lebih "cerewet" dari istrinya.
Maka, tinggal bagaimana kita menerjemahkannya. Cerewetnya isteri kita pertanda ia masih cinta. Masih peduli. Masih menjadi teman hidup yang setia untuk kita.
Kalau kita menyukai warna hijau, tak perlu mengecat seluruh dunia dengan warna hijau. Cukup pakailah kacamata hijau, maka dunia pun akan berwarna hijau untuk kita. Cerewet tidaknya seorang isteri, tinggal bagaimana suami menerjemahkannya. Anggap saja itu adalah bait-bait cinta yang merdu di telinga. Di mana kita beruntung karena masih bisa mendengarnya. (pm)
Rohmat Saifuddin