Diserbunya kantor tabloid satir Prancis Charlie Hebdo mengundang bela sungkawa teramat dalam sekaligus memperlihatkan betapa mahalnya harga harus dibayar demi sebuah kebebasan pers. Sekitar 12 anggota redaksi tewas, setengahnya kartunis di media itu.
Namun ada beberapa hal janggal terkait penembakan Charlie Hebdo yang mengernyitkan alis. Setidaknya ada lima fakta aneh terkait pemberondongan peluru di kantor media itu yang berhasil dihimpun oleh merdeka.com.
Apa saja keganjilan kasus penembakan Charlie Hebdo ini? Berikut ulasannya seperti dilansir merdeka.com.
1. Sekitar 20 menit sebelum kejadian, presiden Prancis lewat
Presiden Prancis Francois Hollande diketahui lewat di depan jalan kantor Charlie Hebdo sekitar 20 menit sebelum kejadian. Hal ini menimbulkan spekulasi jika pelaku mengincar nyawa Hollande.
Namun hal janggal yakni sistem pengamanan saat presiden lewat. Tentu saja wilayah radius lima kilometer dan sekitarnya sudah steril dari ancaman ketika sang pemimpin hendak melintas. Suatu keanehan jika teror terjadi di area steril.
2. Keamanan ketat di luar kantor Charlie Hebdo
Kantor tabloid satir ini sudah pernah kena serangan bom molotov dan pelbagai ancaman peledakan pada 2011, persis di saat mereka membuat serial kartun Nabi Muhammad SAW. Setelah itu manajemen Charlie Hebdo membuat kebijakan tingkat keamanan sekitar kantor diperketat. Bahkan pemerintah Ibu Kota Paris menerjunkan satu hari-satu polisi untuk menjaga Charlie Hebdo.
Apa lacur, kemarin keamanan kantor media ini dengan mudah dijebol. Lantas kemana para polisi yang menjaganya? Bukankah itu sebuah keanehan?
3. Pelaku menanyakan nama staf kantor Charlie Hebdo
Dimana-mana yang namanya aksi terorisme berlaku brutal, tidak pandang bulu, siapa saja disikat tanpa ampun. Tak memandang jenis kelamin atau pun usia. Namun tindakan teror di Charlie Hebdo berbeda. Mereka masuk ke kantor dan menanyakan nama para staf satu per satu.
Ini janggal lantaran tak semua staf dibunuh oleh mereka. Nampaknya pelaku memang mengincar orang-orang tertentu saja.
4. Pelaku terlatih
Saksi mata peristiwa penembakan di kantor tabloid satir Prancis Charlie Hebdo mengatakan, pelaku mengenakan pakaian serba hitam, mirip seragam militer. Mereka juga melengkapi diri dengan rompi anti-peluru.
Jika dilihat cara kerja mereka cukup rapi jali. Tak seperti teroris lainnya, mereka seolah mempunyai pola sudah diperhitungkan dan matang. Termasuk mengganti mobil di wilayah timur Paris.
5. Mudahnya pelaku masuk ruangan
Kantor tabloid satir Charlie Hebdo yang sudah pernah mendapat ancaman bom tentu meningkatkan ketat keamanannya. Akses-akses masuk ke ruangan redaksi diperketat dengan membuat pintu-pintu yang hanya terbuka dengan sensor sidik jari khusus.
Pertanyaannya sekarang? Darimana kedua teroris ini masuk hingga ke ruangan redaksi? Jempol siapa yang mereka pakai untuk bisa sampai kesana?
sumber: merdeka.com
Apa lacur, kemarin keamanan kantor media ini dengan mudah dijebol. Lantas kemana para polisi yang menjaganya? Bukankah itu sebuah keanehan?
3. Pelaku menanyakan nama staf kantor Charlie Hebdo
Dimana-mana yang namanya aksi terorisme berlaku brutal, tidak pandang bulu, siapa saja disikat tanpa ampun. Tak memandang jenis kelamin atau pun usia. Namun tindakan teror di Charlie Hebdo berbeda. Mereka masuk ke kantor dan menanyakan nama para staf satu per satu.
Ini janggal lantaran tak semua staf dibunuh oleh mereka. Nampaknya pelaku memang mengincar orang-orang tertentu saja.
4. Pelaku terlatih
Saksi mata peristiwa penembakan di kantor tabloid satir Prancis Charlie Hebdo mengatakan, pelaku mengenakan pakaian serba hitam, mirip seragam militer. Mereka juga melengkapi diri dengan rompi anti-peluru.
Jika dilihat cara kerja mereka cukup rapi jali. Tak seperti teroris lainnya, mereka seolah mempunyai pola sudah diperhitungkan dan matang. Termasuk mengganti mobil di wilayah timur Paris.
5. Mudahnya pelaku masuk ruangan
Kantor tabloid satir Charlie Hebdo yang sudah pernah mendapat ancaman bom tentu meningkatkan ketat keamanannya. Akses-akses masuk ke ruangan redaksi diperketat dengan membuat pintu-pintu yang hanya terbuka dengan sensor sidik jari khusus.
Pertanyaannya sekarang? Darimana kedua teroris ini masuk hingga ke ruangan redaksi? Jempol siapa yang mereka pakai untuk bisa sampai kesana?
sumber: merdeka.com