Usia pemerintahan presiden Joko Widodo genap 100 hari Rabu kemarin. Masa pemerintahan yang masih sangat awal, namun telah terjadi pergeseran tajam terkait dukungan media.
Seperti diketahui, keberhasilan Jokowi melenggang ke istana adalah peran besar media yang mencitrakan Jokowi dengan sangat luar biasa. Namun kondisi ini sekarang mulai berbalik.
Seperti dilansir ROL, Peneliti Plan C Institute, Agus Yahya menilai, pada seratus hari kepemimpinan Presiden Joko Widodo, media mulai mengalami perubahan dalam memberitakan Jokowi. Hal itu dilatarbelakangi beberapa kebijakan yang diambil Jokowi di pemerintahan baru.
Menurut Agus, mereka telah menganasis enam media sosial yang kerap memberitakan Jokowi. Trend pemberitaan media itu menghasilkan grafik yang sedikit timpang.
"Dari grafik di atas, dalam 100 hari kerja, trend pemberitaan media tentang Jokowi 22,2 persen positif, 5,6 persen netral, dan 72,2 persen negatif," kata Agus saat dikonfirmasi melalui telepon oleh Republika, Rabu (28/1).
Dari grafik itu dapat disimpulkan sampai sejauh ini trend kabinet kerja di pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla mengalami perubahan karena tanggapan miring dari masyarakat. Hal ini sangat berbeda dengan pemberitaan Jokowi waktu pemilu lalu.
"Ini bisa disimpulkan bahwa, 100 hari kerja pemerintahan kabinet kerja, trend media cenderung memberitakan negatif tentang Jokowi," lanjutnya.
Menurut Agus, turunnya trend pemberitaan Jokowi secara signifikan dipengaruhi oleh beberapa kebijakan yang diambil Jokowi. Diantaranya, kenaikan harga BBM adalah pemicu turunnya citra Jokowi. Apalagi, saat ini Indonesia tengah diramaikan oleh kisruh KPK melawan Polri.
Kisruh yang terus berlarut-larut tanpa ada tindakan tegas dari kepala negara membuat masyarakat melihat Jokowi sebagai sosok yang tidak mampu. "Peristiwa ini banyak menilai Presiden Jokowi dinilai tidak tegas menengahi ketegangan konflik tersebut dan cenderung bertindak normatif sehingga trend pemberitaan media cenderung negatif," jelasnya. (link: ROL)