Kutemukan Seni Ketidakmungkinan Dalam Tarbiyah


Qolam, Penulis (kanan, tak bertopi)

Oleh Qolam
(Kader KP Melayu, lulusan SMP & penjual sticker motor)

Saya sengaja mengambil salah satu judul tulisan Ustadz Anis Matta  dalam tulisan saya. Saya sangat suka kata ini "seni". Hampir seluruh kehidupan ini berkaitan dengan seni, seni menggambar, menulis, menari, menyanyi, merangkai bunga bahkan merangkai sampah menjadi sesuatu yang berguna.

Keindahan... begitulah buah dari kata ini.

Saat kelas 5 SD salah seorang paman saya memberikan hadiah sebuah gitar, saya sangat suka benda seni ini, tapi mana mungkin saya dapat memainkannya, jemari saya yang kecil harus memegang batang gitar yang besar, senar yang membuat ujung jari saya sakit, saya berusaha memainkan kunci sederhana G dengan bekal buku belajar gitar yang saya beli di pasar loak emperan kaki lima, senar 1 di cord ke 3. Tetapi yang membuat saya lebih bersemangat lagi ketika saya membaca potongan artikel di majalah Hai, Indra Lesmana di usia 8 tahun  menunjukan bakat nya mengiringi kehebatan musisi jazz papan atas mancanegara Dave Grussin, Bob James, Lee Retenour, dll. Meski alat musik yang dimainkan adalah piano....."your inspiration" gumam saya dalam hati mirip lagu Peter Cetera vokalis Chicago

Ah.. tapi ini sulit, ini tidak mungkin ......saya bulatkan tekad untuk terus belajar. Setahun kemudian saya bisa memainkan gitar itu, meski tidak mahir tak apalah, karna saya tidak punya guru sehebat Jack Lesmana.

Bergabung dengan gerakan dakwah saya menemukan kembali kata itu "seni", seni ketidakmungkinan. Pertama, dari buku karya Ustadz Anis Matta. Yang kedua dari pengalaman di medan dakwah, seni ketidakmungkinan itu sering terjadi.

Bagaimana mungkin seorang yang hanya tamatan SMA menjadi jauh kelihatan lebih cerdas dihadapan para jebolan universitas, bagaimana mungkin orang yang suka nyetel  progresif rock nya Dream Theater lalu beralih ke murottal nya Abdurahman Assudais, bagaimana mungkin seorang yang dihadapan saya setiap hari menenggak arak lalu kemudian memegang mushaf.

Tentu saja semua kembali pada hidayah Allah dan Tarbiyah adalah pembukanya.

Disinilah letak kehebatannya: Tarbiyah adalah seni...
Seni memahami karakter
Seni menaklukan hati
Seni merekayasa akal akal baru (maaf Ustadz Anis saya pinjam lagi judul tulisannya)

Ada banyak orang di luar sana, memberi nasihat kebaikan tapi sedikit sekali yang membimbing untuk menggapainya dan Tarbiyah adalah kuncinya.

Tarbiyah adalah seni ketidak mungkinan. Seni dalam tarbiyah adalah seni memahat hati, mengasah jiwa, merangkul cinta, memupuk, merawat, menyirami  dan Insya Allah menuai.

Mungkin inilah inti dari seni dalam tarbiyah...

Wallahu a'lam
Baca juga :