Akibatnya, tindakan reporter Metro TV tersebut dikecam oleh netizen.
"Keluarga korban dicecar reporter metrokipli (Metro TV, maksudnya). dipaksa jawab padahal lg nangis. sampai ditegur kepala angkasa pura" - @blontakpoer
Secara sinis, Hans David, jurnalis senior Jakarta Post, menuliskan, "Lo coba tanya perasaan keluarga penumpang gimana. Kalo bisa dapetin jawaban 'LUAR BIASA!' lo dapet bonus THR gede," ~ korlap TV NKRI, "Mungkin karena itu pertanyaan goblok 'gimana perasaan anda' selalu ditanyain", tulisnya lagi melalui akun twitter @hansdavidian.
"Lo liputan bencana ya lo ga usah banyak tanya2 ke korban ato keluarganya. Laporin aja suasana sama situasi", saran Hans.
Mouly Surya, seorang sutradara film, juga turut mengecam reporter Metro TV. Melalui akunnya, @moulysurya, ia mengicaukan, "Ini wartawan @Metro_TV kerabat penumpang nangis buang muka dr kamera sambil nelpon masih disorot, di close up terus diulang2! Kejam :("
"Org lg bersedih, shock, ditanya, "bu, gmn perasaannya?" | nih reporter sarapannya pk apa sik? #gaknyantejadinyaguwe", tulis akun @ssirah.
Alissa Wahid, putri almarhum mantan Presiden Abdulrahman Wahid, juga menuliskan melalui akun, @alissawahid, "Mbak mas reporter TV, dapatkah kalian luangkan waktu sejenak belajar berkomunikasi empatik, agar tdk asal berkata2 pd korban bencana?"
Meski kicau Alissa tersebut tak semata-mata ditujukannya pada reporter Metro TV.
reporter CNN nampak sedih - Foto : @erbesentanu |
Nampaknya Metro TV harus lebih banyak menggali rasa empati dan tak menjadikan jurnalisme bencana sebagai bencana jurnalisme. (fs)