Puluhan ribu pendemo Ahok dari Gerakan Masyarakat Jakarta memadati Jakarta pada Hari Pahlawan10 November. Mereka menuntut Ahok dilengserkan dari Gubernur atau Wakil Gubernur oleh DPRD. Ahok pun melawan dan mengerahkan para pembelanya.
Pagi itu, dari lantai 9 Gedung DPRD DKI Habib Rizieq buru-buruk turun ke lantai bawah. Ia mendapat informasi dari ‘anak buahnya’ terdengar adanya letusan senjata api. Habib Rizieq ingin memastikan kebenaran informasi itu. Ternyata informasi itu tidak benar.
Turun ke lantai bawah, Habib langsung menuju ke massa yang sedang berunjuk rasa. Habib naik ke ‘podium mobil’. Di depan podium Habib menyerukan agar massa pendemo jangan terprovokasi. “Kami datang ke sini dijamin Undang-Undang. Aparat jangan sampai memprovokasi,”tegas Habib yang disambut hadirin dengan teriakan Allahu Akbar berulang-ulang.
Setelah menenangkan massa, Habib kembali dengan beberapa pengawalnya ke lantai 9 gedung DPRD DKI Jakarta, Jalan Kebon Sirih. Telah menunggu di sana beberapa anggota DPRD dari Fraksi PPP, Gerindra dan PKS. Nampak duduk di depan antara lain : M Taufik (Ketua KMP DKI, Gerindra), Haji Lulung Langgana (PPP) dan Nasrullah (PKS). Habib Rizieq duduk didampingi KH Fakhrurrozi Ishaq, Ketua Gerakan Masyarakat Jakarta (GMJ)dan KH Muhammad Al Khathath, Sekjen Forum Umat Islam (FUI).
KH Fachrurrozi memulai pembicaraan. Dalam pengantar dialog Fachrurrozi merasa kecewa karena tidak banyak anggpta dewan yang hadir. “Saya kecewa Ketua DPRD, Prasetyo Marsudi tidak hadir. Padahal saya ingin mengajak dia debat terbuka. Kami kaum sarungan mengerti undang-undang,”kata kiyai betawi ini.
Fachrurrozi juga menegaskan bahwa Ahok turun adalah harga mati. Karena Ahok telah banyak menyakiti hati umat Islam. Terakhir Ahok menyatakan bahwa yang akan turun pada demonstrasi 10 Bovember adalah para preman. “Masa Habib Rizieq dan kiyai dianggap preman,”ungkap Fachrur. Ia juga mengungkapkan bahwa Ahok di Jakarta ini menjadi sumber konflik dan mengundang marah ucapan-ucapannya.
Karena itu, Ketua GMJ ini mengharapkan agar Koalisi Merah Putih (KMP) tidak ada tawar menawar dan solid untuk menurunkan Ahok. Kiyai Betawi ini kemudian membacakan surat dan pernyataan GMJ di pertemuan itu (baca box: Surat Gerakan Masyarakat Jakarta ke Pimpinan DPRD DKI Jakarta).
Setelah Fachrurrozi, giliran KH Munawwir dari Jakarta bicara. Kiyai ini hanya berpesan singkat bahwa ada rencana pelantikan Ahok sebagai gubernur pada 18 November 2014 ini. Ia mempertanyakan bagaimana sikap DPRD menghadapi rencana itu.
Kini giliran Imam Besar FPI, Habib Rizieq Shihab bicara. Habib menyatakan bahwa kedatangannya dan massa GMJ ke DPRD ini adalah hal yang serius. “GMJ saat ini bukan sedang bermimpi. Mereka sedang berjuang riil sesuai dengan koridor konstitusi,” terangnya.
Sambil mengutip Undang-Undang dan Perppu Presiden SBY, Habib Rizieq menjelaskan bahwa wakil gubernur tidak serta merta menjadi gubernur. Bahkan untuk daerah yang penduduknya lebih dari 10 juta, seperti Jakarta, wakil gubernurnya diangkat 3 orang.
Karena itu Habib mengharapkan KMP serius dalam melengserkan Ahok. “Mudah-mudahan dalam perjalanannya nanti KMP tidak masuk angin. KMP tetap konsisten dan istiqamah,”tegasnya. Ulama Betawi ini juga mengharapkan KMP tidak mengalah begitu saja dengan tekanan (instruksi) Mendagri.
Kalau Mendagri memaksakan pelantikan Ahok, menurut Habib, maka melanggar Undang-Undang. “Kami minta KMP tidak menerima pelantikan tersebut. Kami dukung KMP melantik gubernur tandingan,”tegasnya. Kalau tetap dilantik juga, Habib menyarankan juga agar KMP menggunakan hak angket dan hak interpelasi kepada gubernur. Kalau gagal juga, “Biarkan masyarakat Jakarta melantik gubernurnya sendiri. Hati-hati dengan kedaulatan rakyat,”tegasnya. Ancaman Imam Besar FPI ini tidak main-main, karena tahun 2002 FPI pernah menduduki Balai Kota selama 13 jam.
Wakil Ketua DPRD, Taufik mendukung Gerakan Masyarakat Jakarta. Sebagai wakil dari Gerindra, ia menyatakan bahwa Fraksi Gerindra komitmen untuk memberhentikan Ahok sebagai gubernur. “Rancangan interpelasi juga jalan. Aka nada rumusan,”terangnya. Ia sepakat sesuai dengan Perppu No. 1 tahun 2014, pasal 173 dan pasal 174, wakil gubernur tidak serta merta menjadi gubernur bila gubernur berhenti atau diberhentikan.
Haji Lulung Langgana, berterus terang bahwa surat dari Mendagri telah diterima DPRD Jakarta dan kini sedang mereka bahas. “Kami (DPRD) masih kontroversi tentang itu,”terang Lulung. Sebagai wakil dari Fraksi PPP, Lulung akan menolak pelantikan gubernur dan wakil gubernur. “Insya Allah dalam waktu dekat kami akan interpelasi,”terang bos Tanah Abang ini.
Menyikapi surat dari Mendagri itu, Lulung mengaku bahwa Koalisi Merah Putih khususnya Fraksi Gerindra, PKS dan PPP sejalan. “Ahok adalah sumber konflik dan banyak catatan,”tegas Lulung yang dengan Taufik dikenal sebagai komando perlawanan terhadap Ahok.
Kiyai Fachrurrozi menambahkan bahwa melengserkan Ahok adalah harga mati. “Jangan lagi penjara. Kuburan pun kami siap. Mati pun kami siap,”tegasnya.
Ahok dan Para Pembelanya
Menghadapi sikap berbagai tokoh dan ormas Islam Jakarta, Ahok tidak mau menyerah. Ahok terus melawan, bahkan perlawanannya seringkali lebih ‘ganas’ daripada pendemonya. Ahok pernah mengatakan kepada para wartawan, bahwa para pendemo disemprot saja dengan bensin atau ditembak di tempat saja bila anarkis. Wagub etnis Cina ini juga terus menerus menyuarakan agar FPI dihilangkan dari bumi Indonesia.
Ahok juga mengumpulkan para kiyai untuk membelanya. “Kita diajarin mesti taat kepada pemerintah. Tapi hari ini enggak. Cuma gara-gara ada yang gosok-gosok supaya saya enggak jadi jadi gubernur, terus jadi ribut,” kata Ahok di depan ratusan ulama dalam forum Silaturahmi Tahun Baru Hijriah Ulama dan Umaro, di Balai Kota, Jakarta (29/10/2014).
Ahok juga mengritik keras FPI di depan para ulama itu. “Kayak Forum Pembela Islam. Saya enggak tahu bela Islam atau apa. Saya kira Islam enggak perlu dibela. Allah bisa mengislamkan semua orang dan bisa membunuh seketika orang yang hina Islam. Gak perlu sampai dengan kekerasan yang justru merusak nama Islam,” ujarnya.
Ahok mengaku sejak zaman sekolah di Belitung, dia menuntut ilmu di sekolah Islam. Menurutnya dia juga benar-benar mempelajari ajaran kebaikan dalam agama Islam meski tidak menganutnya. (lihat http://news.detik.com/read/2014/10/29/131419/2733055/10/di-hadapan-ratusan-ulama-ahok-curhat-soal-fpi).
Ia menyindir FPI yang suka kekerasan. “Itu zaman dulu nabi angkat senjata. Masa mau kembali ke zaman jahiliyah dulu. Saya sengaja curhat ini, saya ingin warga DKI bukan cuma secara luar kelihatan beragama tapi kelakuannya kafir,” tambahnya. Ia juga protes masjid digunakan untuk ceramah politik. “Kalau hari ini mimbar masjid dipakai buat politik apalagi cuma buat ngata-ngatain gubernur kafir, itu tidak sesuai dengan Islam. Menurut saya seperti itu,” tegas Ahok.
Imam Besar Masjid Istiqlal, KH Mustafa Ali Yaqub yang hadir dalam silturahmi dengan Ahok menyatakan ketidaksetujuannya kepada aksi anarkis yang dilakukan para pendemo Ahok. "Sah-sah saja kalau warga ingin menyampaikan keinginan mereka. Tapi, aspirasi tersebut harus disampaikan mengikuti tata tertib yang berlaku,"kata Mustafa kepada wartawan.
Rupa-rupanya ketidaksukaan Kiyai Mustafa ini terendus oleh para wartawan. Sehingga kini bila ada aksi FPI atau sejawatnya yang menolak Ahok, Kiyai Mustafa dipakai untuk membela Ahok. Seperti komentar Kiyai Mustafa tentang aksi yang dilakukan GMJ, FPI, FUI, Persis, Dewan Dakwah dll pada 10 November lalu.
“Beramar maruf nahi munkar jangan menimbulkan kemunkaran yang baru," kata Mustafa. "Jangan anarkis, jangan mencaci maki dan sebagainya. Silakan demo asalkan sesuai koridor hukum positif dan hukum Islam," terang Mustafa yang tidak menyaksikan langsung demo yang terjadi.
Pendukung Ahok yang militan adalah dari kalangan kaum liberal dan sebagian tokoh-tokoh Syiah. Abdillah Toha misalnya, menulis artikel di Kompas tentang tidak bermasalahnya orang kafir memimpin kaum Muslimin. Haidar Bagir dalam twitternya menyatakan bahwa habib yang mendukung Ahok lebih banyak daripada yang menolak. Kawan Haidar, Muhsin Labib bahkan mengeluarkan buku tentang kontroversi pemimpin non Muslim. Dalam buku itu, Haidar Bagir memberikan kata pengantar yang isinya mempermalahkan kembali masalah definisi Islam dan kafir.
Tokoh liberal Guntur Romli dalam twitternya mengatakan: “Heran sama polisi, demo FPI yg rusuh dikasih izin, diskusi ttng media & radikalisme malah dilarang2” *polisi anti pancasila nih!”. Abex Akbarudin dalam twitternya kepada Saiful Mujani, mengata-ngatai FPI dengan :” Jahat sekali kaum intoleran ini” dan Saiful Mujani membalas: “Ujian kita berbangsa, dan harus lulus “.
Walhasil, kalau Ahok dibela tokoh-tokoh liberal, maka itu hal yang lumrah. Tetapi Ahok dibela oleh KH Ali Mustafa Yaqub, itu yang menjadi banyak pertanyaan masyarakat Islam. Salah satu yang mempertanyakan adalah Sekjen FUI, KH Muhammad al Khathath : “Kiyai Mustafa yang bersama-sama tokoh-tokoh Islam dan ormas Islam senantiasa beriringan melawan kaum liberal, kenapa kini kok bersikap sama dengan mereka?” Wallahu a’lam.
[Nuim Hidayat]
*sumber: suara-islam.com/foto: tribunnews