Jakarta - Kerjasama dengan China, ternyata tak memposisikan Indonesia untung. Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyampaikan sampai saat ini neraca perdagangan Indonesia-China masih mengalami ketimpangan sejak adanya ASEAN China Free Trade Aggreement (ACFTA).
"Kerjasama dengan China, masih merugikan Indonesia. Kegiatan ekspor impor yang dilakukan Indonesia ke China belum berimplikasi baik bagi neraca perdagangan dalam negeri," ujar Wakil Ketua Umum Kadin Bidang IT, Telekomunikasi, Penyiaran, dan Ristek, Didie Suwondo di Jakarta, Rabu (12/11), dilansir inilah.com.
Defisit (kerugian) neraca perdagangan Indonesia-China mencapai US$7,3 miliar atau setara dengan Rp 87,6 Triliun.
"Ada defisit sebesar US$7,3 miliar dari neraca perdagangan kita. Itu artinya kebanyakan impor ketimbang ekspor. Hitungannya ekspor kita ke China nilainya mencapai US$22 miliar. Sementara impor kita itu US$28 miliar," ujar Didie.
Didie Suwondo juga menjelaskan kerja sama dengan China mengalami peningkatan sejak diberlakukannya ACFTA. Menurut Didie sebelumnya hanya mencapai US$7-8 miliar saja.
"Peningkatan ini sejalan dengan kerja sama di ACFTA. Tentu nilai itu sangat besar untuk kerja sama perdagangan. Kerja sama bilateral di sektor perdagangan Indonesia ke China telah meningkat luar biasa. Sampai saat ini tercatat nilai kerja sama dagang ini pasca diberlakukannya ACFTA mencapai US$53 miliar," ujarnya.