Pada saat kampanye Pilpres 2014 kemarin, Joko Widodo pernah menegaskan keberpihakannya pada pengusaha dalam negeri sebagai wujud pelaksanaan semangat kemandirian dan menjalankan prinsip-prinsi trisakti.
Bahkan dalam debat capres/cawapres di Hotel Grand Melia, Jakarta, Jokowi dengan tegas mengatakan:
"Pasar domestik jangan dimasuki dari luar, caranya seperti apa, hal-hal berkaitan dengan perizinan misalnya, daerah harus berikan kecepatan kalau itu investor lokal, domestik, tapi kalau yang dari luar, enggak apa-apa lah sedikit disulit-sulitin."
Menurut aktivis pergerakan, Iwan Sumule apa yang disampaikan Jokowi di atas hanya dalam rangka kampanye alias jualan.
"Jadi siapa tahu misinya waktu itu adalah untuk mencari simpati rakyat atau dalam rangka menipu calon pemilih?" sindirnya, Sabtu 15 November 2014.
Karena yang namanya masa kampanye, tegasnya, apa pun dianggap boleh-boleh saja termasuk membohongi para pemirsa dan rakyat jelata.
Iwan Sumule mengungkapkan hal tersebut menanggapi banyaknya reaksi rakyat yang kaget ketika Presiden Jokowi memberikan kesempatan yang luas bagi investor asing masuk ke Indonesia saat presentasi di Forum KTT APEC di Beijing. Menurutnya, kalau sekarang Jokowi membentangkan karpet merah untuk investor asing, adalah hal yang wajar.
"Karena aksi tipu-tipunya telah berhasil dan menang. Kalau sudah menang terserah Jokowi juga untuk menentukan bentuk kebijakan yang akan dijalankan. Toh jurus bohongnya itu sudah lama dipraktekkan sejak maju sebagai Cagub DKI Jakarta. Yang penting jangan selalu menyalahkan Jokowi, salahkan Anda sendiri yang sudah menentukan pilihan," tegasnya.
Sementara jargon berdikari dan Trisakti yang kerap disampaikan Jokowi,kemungkinan banyak yang salah mengerti.
"Siapa tahu yang dimaksud dengan berdikari menurut Jokowi adalah bahwa pihak asing bebas menentukan agendanya di negeri ini. Atau kalau Trisakti maknanya mungkin adalah bahwa pihak asing harus lebih berdaulat di bidang politik dan mandiri untuk menginjak-injak negeri ini," sindirnya lagi. (fs)