Pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti ihwal bahan bakar minyak bersubsidi diprotes Paguyuban Nelayan Kota Tegal (PNKT). Mereka tak sepakat dengan pendapat Susi yang menganggap BBM bersubsidi sebagai sumber maksiat.
“Bu Susi bilang, karena sulit mencari ikan, nelayan beralih menjadi pelaku kejahatan dengan menjual BBM bersubsidi ke kapal-kapal besar di tengah laut. Ini yang perlu kami klarifikasi,” kata Ketua PNKT Eko Susanto, Rabu, 12 November 2014. Eko hadir dalam diskusi yang digelar di gedung Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Dalam diskusi tersebut, Susi mengatakan BBM bersubsidi adalah sumber maksiat karena memancing orang untuk menyelewengkannya. Susi juga mengatakan BBM bersubsidi mengubah perilaku nelayan.
Eko mengatakan penjahat BBM bersubsidi bukanlah nelayan. Sebab, regulasi penyaluran BBM bersubsidi bagi nelayan selama ini sangat ketat.
Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2014, kata Eko, titik serah BBM bersubsidi bagi nelayan adalah terminal, stasiun pengisian bahan bakar nelayan, dan solar packed dealer nelayan.
Selama ini, Eko menambahkan, nelayan kecil hanya boleh membeli delapan jeriken solar di stasiun pengisian bahan bakar umum. Itu pun para nelayan harus menyertakan kartu BBM nelayan dari pemerintah daerah yang sudah diverifikasi pemerintah desa dan organisasi nelayan.
Menurut Eko, ketatnya pengawasan pemerintah dan Pertamina membuat nelayan tidak bisa merekayasa pembelian dan distribusi BBM bersubsidi.
Selain itu, pengurangan kuota solar bersubsidi juga menyebabkan nelayan harus mengantre selama satu bulan di SPBN utuk mendapatkan solar.
“Untuk melaut saja susahnya bukan main karena solarnya langka,” ujar Eko. (fs)
Sumber: http://www.tempo.co/read/news/2014/11/12/058621510/Menteri-Susi-Disemprot-Nelayan
“Bu Susi bilang, karena sulit mencari ikan, nelayan beralih menjadi pelaku kejahatan dengan menjual BBM bersubsidi ke kapal-kapal besar di tengah laut. Ini yang perlu kami klarifikasi,” kata Ketua PNKT Eko Susanto, Rabu, 12 November 2014. Eko hadir dalam diskusi yang digelar di gedung Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Dalam diskusi tersebut, Susi mengatakan BBM bersubsidi adalah sumber maksiat karena memancing orang untuk menyelewengkannya. Susi juga mengatakan BBM bersubsidi mengubah perilaku nelayan.
Eko mengatakan penjahat BBM bersubsidi bukanlah nelayan. Sebab, regulasi penyaluran BBM bersubsidi bagi nelayan selama ini sangat ketat.
Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2014, kata Eko, titik serah BBM bersubsidi bagi nelayan adalah terminal, stasiun pengisian bahan bakar nelayan, dan solar packed dealer nelayan.
Selama ini, Eko menambahkan, nelayan kecil hanya boleh membeli delapan jeriken solar di stasiun pengisian bahan bakar umum. Itu pun para nelayan harus menyertakan kartu BBM nelayan dari pemerintah daerah yang sudah diverifikasi pemerintah desa dan organisasi nelayan.
Menurut Eko, ketatnya pengawasan pemerintah dan Pertamina membuat nelayan tidak bisa merekayasa pembelian dan distribusi BBM bersubsidi.
Selain itu, pengurangan kuota solar bersubsidi juga menyebabkan nelayan harus mengantre selama satu bulan di SPBN utuk mendapatkan solar.
“Untuk melaut saja susahnya bukan main karena solarnya langka,” ujar Eko. (fs)
Sumber: http://www.tempo.co/read/news/2014/11/12/058621510/Menteri-Susi-Disemprot-Nelayan