BBM NAIK DAN SELFIE JOKOWI



Beberapa jam setelah Jokowi mengumumkan penaikan harga minyak, Bank Indonesia segera menaikkan suku bunga acuan perbankan [BI rate] menjadi 7,75%. Ini kenaikan paling tinggi dalam empat tahun terakhir dan respons yang cepat, meskipun dikritik oleh para ahli ekonomi.

Menurut mereka, salah satu alasan pemerintah menaikkan harga minyak adalah potensi kebocoran fiskal [penerimaan]. Kebocoran ini dipandang akan meningkatkan jumlah uang yang beredar dan naiknya harga-harga [inflasi]. Dan langkah BI dianggap bisa memicu inflasi dan menurunkan daya beli masyarakat.

Tapi Gubernur BI, Agus Martowardojo punya alasan cerdas. Kata dia, setiap kenaikan harga BBM bersubsidi sebesar Rp 1000, akan mengerek inflasi bertambah tinggi menjadi 1,2%. Dan BI karena itu, punya kepentingan menjaga stabilitas perbankan.

Dengan penjelasan itu, maka penaikan harga BBM sebesar Rp 2.100 yang dimaksudkan untuk menyesuaikan dengan harga pasar, akan menyebabkan inflasi minimal 2,4 %. Angka itu akan bertambah sampai 3,5%, bila di akhir tahun nanti, harga LPG dan tarif dasar listrik juga naik. Pada saat itulah, inflasi diperkirakan akan dapat menembus angka 9%. Harga-harga akan semakin terkerek mahal, atau tidak terjangkau oleh tukang becak, sopir angkot, bakul jamu, hansip, satpam, wartawan, buruh pabrik, dan sebagainya.

Gambarannya seperti ini: tahun 2013 saat BBM naik sebesar Rp 2000 [44,4%], harga beras naik 60%, telur naik 25%, cabe naik 225%, dan minyak goreng naik 22%. Beruntung kenaikan itu tidak dibarengi dengan kenaikan listrik dan LPG.

Kenapa harga-harga menjadi mahal?

Salah satu jawabannya: biaya logistik di Indonesia sudah tidak masuk akal. Bisa mencapai 50%, bahkan 70% dari harga barang.

Contoh beras. Untuk yang dipasarkan secara tradisional, bisa sampai melalui tujuh tengkulak. Hasilnya: harga beras yang diterima petani, maksimal hanya 15% dari harga jual.

Dengan penjelasan Agus, kita kini bisa tahu, negara bukan hanya soal anggaran, aset dan bangunan, melainkan juga soal rakyat.

Dan kalau bertanya, di mana keadilan sosial bagi seluruh rakyat itu, jawabannya tentu bukan hanya dengan memberikan kartu-kartu hebat, karena inflasi bukan kartu yang bisa ditukarkan dengan duit Rp 100 ribu, apalagi selesai lewat foto selfie bersama Anda, Pak Presiden.

*Tulisan diambil dari wall fb Rusdi Tandingan Mathari

(sumber foto: liputan6)

http://presentasi.videomotivasi.com/

Baca juga :