Dalam dunia birokrasi pemerintahan maupun di perusahaan swasta, dikenal Masa Persiapan Pensiun bagi para pegawai yang hampir purna tugas. Mereka mendapatkan pembekalan dan penyiapan mental agar tetap produktif saat pensiun dari pekerjaan rutin yang sudah dijalani puluhan tahun.
Kadang dijumpai fenomena 'post power syndrome' pada mereka yang tidak siap untuk pensiun. Ada kekosongan yang amat dalam pada jiwa mereka akibat merasa menganggur dan 'tidak berguna' lagi. Padahal selama ini ia pekerja, karyawan atau pimpinan yang handal dan hebat.
Untuk itulah diperlukan sejumlah persiapan dan pembekalan agar tidak kaget saat memasuki masa pensiun.
Masa Persiapan Pergantian
Dalam dunia dakwah, tidak dikenal istilah pensiun. Tidak ada pensiun dalam dakwah karena dakwah itu madal hayah. Sepanjang kehidupan. Namun dikenal konsep regenerasi dan kaderisasi struktural, dimana para kader muda tampil untuk menggantikan yang lebih tua.
Regenerasi dan kaderisasi itu menjadi sangat penting dalam dunia dakwah agar kesinambungan pergerakan dapat terjaga. Keberlanjutan rencana strategis jangka panjang harus dijaga dengan regenerasi kepemimpinan dan kepengurusan.
Saat ini tentu saja saya sudah tua dibanding dengan anak-anak muda yang tumbuh dengan sangat cepat dan dinamis. Kader-kader muda yang sangat potensial harus dioptimalkan perannya dalam kepemimpinan dan kepengurusan dakwah.
Dari segi umur dan 'karier' rasanya sudah pantas bagi saya untuk memasuki masa pergantian. Semenjak memasuki mihwar siyasi tahun 1999, satu kali saya menjadi pengurus wilayah dan sekaligus menjadi salah satu deklarator di provinsi DIY. Berikutnya tiga periode menjadi pengurus pusat dan sudah dua kali menjadi anggota majlis syura.
Di kepengurusan pusat, satu kali menjadi staf DPP dan dua kali menjadi Ketua Bidang. Bahkan sempat masuk menjadi anggota dan sekretatis MPP. Tidak terhitung berapa jenis kepanitiaan dan masuk anggota tim kerja. Komplit sudah pengalaman struktural saya.
Bukan merasa cukup berkontribusi, namun cukup hitungan dan masa untuk diganti. Agar kader-kader muda bisa tampil di pucuk pimpinan dakwah menggantikan orang-orang tua seperti saya yang sudah semakin kehabisan ide dan kreativitas.
Dalam hitungan pribadi saya, sudah saatnya bagi saya untuk berganti peran. Saatnya bagi saya saat ini untuk memasuki Masa Persiapan Pergantian, menyiapkan peran berikutnya dalam dakwah yang tidak pernah ada masa pensiunnya.
Prosesi regenerasi tingkat pusat yang ditandai dengan Munas, insyaallah akan digelar pada bulan April 2015. Saat itulah saya sangat ingin menyaksikan munculnya wajah-wajah baru mengisi kepengurusan pusat. Adapun saya lebih memilih peran berikutnya dalam dakwah.
Menyiapkan Peran Berikutnya
Selama ini kita mengenal sistem amal jama'i dimana peran kita ditentukan oleh para pimpinan dakwah. Bukan semata pilihan pribadi kita. Namun bukan berarti kita tidak bisa memiliki pilihan pribadi. Sepanjang pilihan itu sesuai dengan misi pergerakan dakwah dan mendapat persetujuan para pimpinan maka kita berhak nengajukan pilihan peran yang paling sesuai dengan potensi yang kita miliki.
Pada konteks menyiapkan diri untuk menjalani peran berikutnya dalam dakwah, ada beberapa hal yang patut menjadi catatan dan bahan renungan.
1. Ikhlas dalam segala dinamika
Kita sudah tahu bahwa ikhlas itu bukan hanya di awal aktivitas, bahwa kita berniat melakukan kegiatan dengan niat ikhlas karena Allah. Namun ikhlas juga harus dijaga selama menjalani aktivitas tersebut dan setelah selesai menjalaninya.
Purna menjalani tugas kepengurusan, kita harus tetap menjaga keikhlasan atas segala yang telah kita lakukan, segala yang telah kita kontribusikan dan segala yang telah kita kurbankan di jalan dakwah. Jangan diungkit lagi apalagi dengan penyesalan.
Semoga pahala telah terlimpahkan dan telah Allah tetapkan pada kita. Jangan dirusak dengan mengungkit-ungkit dan penyesalan.
2. Jangan membandingkan secara negatif
Setelah purna tugas kepengurusan, kita mudah tergoda untuk membandingkan kondisi kepengurusan zaman kita dan kondisi setelah kita. Seakan kita merasa di zaman kita kondisi kepengurusan lebih hebat dan lebih baik daripada di zaman sepeninggal kita.
Ingatlah tantangan zaman selalu berubah. Apa yang dihadapi para pemimpin dan pengurus periode ini sangat berbeda dengan apa yang dihadapi pada periode sebelumnya. Maka tidak adil membandingkan secara sama untuk semua periodenya.
3. Memahami luasnya medan dan peran
Medan dakwah amat sangat luas tanpa batas. Maka peran dalam dakwah pun amat sangat luas. Kita tidak akan pernah menjadi pengangguran di jalan dakwah selama kita mau terus bekerja di dalamnya.
Peran dakwah tidak hanya dalam suatu kepengurusan atau kepemimpinan formal. Peran dakwah tidak hanya dalam posisi dan jabatan publik yang mudah disebut dan mudah tampak oleh masyarakat luas.
Bahkan peran dakwah sampai pada peran sunyi dan tersembinyi yang bahkan tidak diketahui dan tidak bisa disebut oleh publik. Buku "Pahlawan dalam Diam" adalah contoh kecil beberapa peran sunyi yang sangat banyak dilakukan para kader di berbagai wilayah. Cukuplah buku itu menjadi kesaksian akan jutaan peran yang tidak pernah dipublikasikan.
4. Merasakan besarnya nilai dakwah bagi kita
Jangan dibalik. Kita harus merasa memerlukan dakwah dan selalu merasakan besarnya nilai dakwah bagi kehidupan kita. Bukan merasa betapa besar kontribusi kita bagi dakwah, yang seakan-akan tanpa kita dakwah tidak akan bisa berjalan. Na'udzu billahi min dzalik.
Sesungguhnyalah kita sangat memerlukan dakwah. Untuk itu kita tidak akan pernah mau berhenti dan menepi. Kita akan terus tetap berkontribusi, 'sebagai apapun atau tidak sebagai apapun diri kita'.
Jika purna dari tugas kepengurusan, masih amat sangat banyak peran yang bisa kita lakukan dalam dakwah. Kita bukan apa-apa jika tidak terlibat dalam dakwah ini. Jangan berpikir sebaliknya, dakwah bukan apa-apa jika kita tidak terlibat di dalamnya. Na'udzu billahi min dzalik.
5. Berperan dalam kesuksesan regenerasi
Kita harus bangga jika generadi baru berperan aktif dalam dinamika kepemimpinan dan kepengurusan dakwah. Semula kita di posisi memimpin, ada masanya kita menjadi pihak yang dipimpin oleh generasi baru.
Kader-kader muda yang energik dan potensial siap memimpin dakwah ini untuk melaju dan melesat cepat sesuai semangat zaman. Penyakit yang mudah muncul pada situasi seperti itu adalah : generasi yang diganti merasa terbuang, tidak lagi dilibatkan dan tidak lagi digunakan.
Peran kita untuk mensukseskan regenerasi adalah mendorong tampilnya generasi baru untuk memimpin dan masuk dalam kepengurusan pusat serta kepengurusan di setiap levelnya. Para senior hendaknya mampu menempatkan diri secara bijak agar tidak menjadi penghambat bagi kepengurusan baru yang diisi oleh wajah-wajah baru.
Demikianlah beberapa catatan dalam proses memasuki Masa Persiapan Pergantian. Saya sangat optimis dengan masa depan pergerakan dakwah di tengah dinamika yang terus mendera. Dan saya sudah punya pilihan peran berikutnya. Tidak lagi mengisi kepemimpinan dan kepengurusan formal, karena sudah muncul generasi baru dalam dakwah yang siap bekerja lebih cepat, cermat, tepat, hemat dan hebat dari generasi sebelumnya.
Biarlah saya menjadi seseorang bersama sekian banyak kader dakwah lainnya, yang hidup dalam naungan dakwah, mencintai dakwah, menghormati qiyadah, menjaga ikhwah, tidak pernah lelah untuk menyemai benih-benih bagi terwujudnya peradaban gemilang di masa depan. Tanpa harus nenjadi pemimpin dan pengurus formal. Sesuai dengan potensi yang saya miliki, semua akan terus saya kontribusikan di jalan ini.*
Sepinggan 7 Oktober 2014
Sambil menunggu pesawat dari Balikpapan ke Berau yang delay entah sampai kapan...
(Cahyadi Takariawan)
Semoga pahala telah terlimpahkan dan telah Allah tetapkan pada kita. Jangan dirusak dengan mengungkit-ungkit dan penyesalan.
2. Jangan membandingkan secara negatif
Setelah purna tugas kepengurusan, kita mudah tergoda untuk membandingkan kondisi kepengurusan zaman kita dan kondisi setelah kita. Seakan kita merasa di zaman kita kondisi kepengurusan lebih hebat dan lebih baik daripada di zaman sepeninggal kita.
Ingatlah tantangan zaman selalu berubah. Apa yang dihadapi para pemimpin dan pengurus periode ini sangat berbeda dengan apa yang dihadapi pada periode sebelumnya. Maka tidak adil membandingkan secara sama untuk semua periodenya.
3. Memahami luasnya medan dan peran
Medan dakwah amat sangat luas tanpa batas. Maka peran dalam dakwah pun amat sangat luas. Kita tidak akan pernah menjadi pengangguran di jalan dakwah selama kita mau terus bekerja di dalamnya.
Peran dakwah tidak hanya dalam suatu kepengurusan atau kepemimpinan formal. Peran dakwah tidak hanya dalam posisi dan jabatan publik yang mudah disebut dan mudah tampak oleh masyarakat luas.
Bahkan peran dakwah sampai pada peran sunyi dan tersembinyi yang bahkan tidak diketahui dan tidak bisa disebut oleh publik. Buku "Pahlawan dalam Diam" adalah contoh kecil beberapa peran sunyi yang sangat banyak dilakukan para kader di berbagai wilayah. Cukuplah buku itu menjadi kesaksian akan jutaan peran yang tidak pernah dipublikasikan.
4. Merasakan besarnya nilai dakwah bagi kita
Jangan dibalik. Kita harus merasa memerlukan dakwah dan selalu merasakan besarnya nilai dakwah bagi kehidupan kita. Bukan merasa betapa besar kontribusi kita bagi dakwah, yang seakan-akan tanpa kita dakwah tidak akan bisa berjalan. Na'udzu billahi min dzalik.
Sesungguhnyalah kita sangat memerlukan dakwah. Untuk itu kita tidak akan pernah mau berhenti dan menepi. Kita akan terus tetap berkontribusi, 'sebagai apapun atau tidak sebagai apapun diri kita'.
Jika purna dari tugas kepengurusan, masih amat sangat banyak peran yang bisa kita lakukan dalam dakwah. Kita bukan apa-apa jika tidak terlibat dalam dakwah ini. Jangan berpikir sebaliknya, dakwah bukan apa-apa jika kita tidak terlibat di dalamnya. Na'udzu billahi min dzalik.
5. Berperan dalam kesuksesan regenerasi
Kita harus bangga jika generadi baru berperan aktif dalam dinamika kepemimpinan dan kepengurusan dakwah. Semula kita di posisi memimpin, ada masanya kita menjadi pihak yang dipimpin oleh generasi baru.
Kader-kader muda yang energik dan potensial siap memimpin dakwah ini untuk melaju dan melesat cepat sesuai semangat zaman. Penyakit yang mudah muncul pada situasi seperti itu adalah : generasi yang diganti merasa terbuang, tidak lagi dilibatkan dan tidak lagi digunakan.
Peran kita untuk mensukseskan regenerasi adalah mendorong tampilnya generasi baru untuk memimpin dan masuk dalam kepengurusan pusat serta kepengurusan di setiap levelnya. Para senior hendaknya mampu menempatkan diri secara bijak agar tidak menjadi penghambat bagi kepengurusan baru yang diisi oleh wajah-wajah baru.
Demikianlah beberapa catatan dalam proses memasuki Masa Persiapan Pergantian. Saya sangat optimis dengan masa depan pergerakan dakwah di tengah dinamika yang terus mendera. Dan saya sudah punya pilihan peran berikutnya. Tidak lagi mengisi kepemimpinan dan kepengurusan formal, karena sudah muncul generasi baru dalam dakwah yang siap bekerja lebih cepat, cermat, tepat, hemat dan hebat dari generasi sebelumnya.
Biarlah saya menjadi seseorang bersama sekian banyak kader dakwah lainnya, yang hidup dalam naungan dakwah, mencintai dakwah, menghormati qiyadah, menjaga ikhwah, tidak pernah lelah untuk menyemai benih-benih bagi terwujudnya peradaban gemilang di masa depan. Tanpa harus nenjadi pemimpin dan pengurus formal. Sesuai dengan potensi yang saya miliki, semua akan terus saya kontribusikan di jalan ini.*
Sepinggan 7 Oktober 2014
Sambil menunggu pesawat dari Balikpapan ke Berau yang delay entah sampai kapan...
(Cahyadi Takariawan)