JOKOWI SOAL GIANT SEA WALL
Menarik tulisan Kompas [9 Oktober] soal Tanggul Laut Raksasa Jakarta yg peletakan batu pertamanya dilakukan hari ini: "Meski masih memerlukan kajian lebih lanjut (dampak-dampaknya), Jokowi memastikan proyek ini tetap akan dilanjutkan."
Benarkah Giant Sea Wall belum ada amdal-nya (analisis dampak lingkungan)? Dan jika belum, atau meragukannya, kenapa presiden (terpilih) mendukungnya? (Farid Gaban)
MODAL SOSIAL
Protes reklamasi Teluk Benoa, Bali, terus berlangsung dan ramai dlm beberapa bulan terakhir. Reklamasi Teluk Jakarta (dan giant sea wall), dg dampak lebih dahsyat, diterima dg sunyi. Kenapa bisa berbeda? Di Jakarta, di tengah longgarnya ikatan sosial dan absennya ideologi, warga kota seperti buih. Besar jumlahnya, umumnya pintar dan kaya, tapi kesulitan membangun solidaritas bersama utk mendukung atau memprotes sebuah kebijakan publik. Partisipasi demokratis menuntut modal/ikatan sosial. (Farid Gaban)
Jakarta kota zombie dan robot bang. Perlu di ketuk sedikit keras kesadarannya, atau unplug kenyamanannya. (Sig To)
Pendukung sudah terkotak jokowi-prabowo. Menolak jokowi dianggap pro prabowo. (Andi Ucup)
Kota besar itu pabrik zombie. (Radius Ardanias Hadariah)
KONSOLIDASI KEKUATAN
Sepakat harus ada konsolidasi kekuatan untuk menentang, dan gak betul kalau LSM anteng-anteng saja, sejak proyek reklamasi pantai jakarta tahun 2000 kami sudah minta untuk di hentikan, dan kami terus melakukan penolakan, hingga hari ini kami tetap menolak, dan bila rekan-rekan mau bergerak nelayan dan LSM akan berencana turun aksi pada tgl 15 Oktober 2014. mari bergabung.
Siang ini (Jumat, 10/10/2014) perwakilan nelayan teluk Jakarta (KNTI Jakarta) akan ke Kantor KIARA ngajak rapat untuk sikapi reklamasi dan giant sea wall ini, bila kawan ada keluangan waktu sangat bagus untuk dapat terlibat. (Selamet Daroyni)
***
PROYEK GIANT SEA WALL
Pembangunan Giant Sea Wall di Jakarta diperkirakan memakan biaya sekitar Rp400-500 triliun. Pembangunan proyek megaraksasa ini akan dilakukan dalam tiga tahap. Tahap pertama akan dibangun tanggul sepanjang 32 kilometer dan konstruksi dimulai 2014 hingga 2017. Tahap kedua konstruksinya diperkirakan mulai 2018 hingga 2022 dengan luas lahan yang dibangun seluas 1.250 hektare (ha). Sedangkan tahap ketiga mulai dibangun 2022-2030. Disusul dengan pembangunan pelabuhan seluas 400 ha.
Pembangunan Giant Sea Wall tidak hanya bermasalah di masalah studi kelayakan dan pendanaan. Proyek ini diduga mempunyai tujuan tertentu selain mereklamasi pantai. Dugaan ini pernah dilontarkan oleh Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA).
KIARA menilai upaya reklamasi pada pembangunan Giant Sea Wall hanya modus untuk melindungi properti perumahan, pergudangan swasta, dan kawasan elit. Reklamasi juga berpotensi ke penggusuran rumah penduduk, kerusakan ekosistem pesisir dan laut, serta menghilangkan akses nelayan melaut.