Jomblo Jangan Dibully



Jodoh Tanggung Jawab Siapa?

Seorang psikolog mengatakan, "Tuntutan untuk menikah itu adalah tanggung jawab masing-masing pribadi. Tapi, upaya untuk menyampaikan orang-orang yang sendirian pada titik pernikahan itu tanggung jawab bersama."

Ya.. saya kembali teringat tafsir ayat "Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu.." (QS. An-Nur: 32). 

Kepada siapakah seruan itu ditujukan? Sebagian ulama berpendapat bahwa seruan itu bersifat umum. Namun, sebagian lagi, salah satunya Al-Qurthubi berpendapat bahwa ayat ini ditujukan untuk para wali, seperti orang tua dan orang-orang yang dapat membantu si lajang memudahkan sebab-sebab untuk menikah.

Betapa saat ini begitu sesak orang-orang yang sekedar gaduh memanas-manasi para bujang untuk menikah, memotivasi yang sebenarnya tak ubahnya sekedar tindakan mem'bully', tapi terbatas pada hal itu saja tanpa diiringi bantuan untuk membukakan jalannya, atau sekurang-kurangnya membantu mengurai kesulitan-kesulitan yang dihadapi agar pernikahan lebih mudah untuk digapai.

Seruan ini tentu juga tertuju pada diri saya pribadi, dan juga pasangan-pasangan yang lebih dahulu dikaruniai kemudahan menikah, untuk tidak sekedar turut riuh menjadi "kompor" bagi mereka yang masih sendirian untuk menikah. Duhai betapa banyak motivator pernikahan ternama yang postingan-postingannya tak lebih dari kalimat-kalimat nyiyir dan sindiran yang sungguh seringkali hanya berbuah kenelangsaan hati bagi mereka yang telah sungguh-sungguh berjuang, namun masih memiliki kendala. Tentu masing-masing kita memiliki peran yang berbeda untuk membantu memudahkan sebab-sebab untuk menikah. Peran wali nikah tentu berbeda dengan peran orang lain sekitar. Untuk orang sekitar, ada yang dapat mengambil peran sebagai perantara. Sekurang-kurangnya, terazzam ikhtiar menjauhkan diskusi dari kata-kata yg sifatnya mem"bully", namun coba hadirkan untaian penyemangat untuk membantu mengurai jawab atas kendala-kendala yang umum dihadapi seseorang sebelum menikah.

Dan sebagai orang tua semoga kita bisa mengambil teladan dari Umar ra. yang tak sekedar "lepas tangan" membiarkan Hafshah 'pontang-panting' sendirian mencari atau menanti jodohnya, namun dapat proaktif mencarikannya...

Aamiin...

(Iva Wulandari)


Baca juga :