Masih lekat dalam ingatan, perjuangan Joko Widodo, seorang pengusaha furnitur asal kota kecil Solo, menjadi orang nomer satu di Indonesia.
Jokowi, yang diisukan sukses membangun Solo, diplot memimpin Jakarta dengan bantuan - meminjam istilah Pak Kwik Kian Gie- 9 taipan.
Para taipan itu lalu menggalang kekuatan di dalam dan luar negeri, terutama melalui jaringan media, termasuk media sosial.
Perang di dunia maya antara 'relawan' Jokowi dengan pihak Fauzi Bowo pun tak terelakkan. Bukan main gembiranya relawan Jokowi ketika akhirnya Fauzi Bowo dengan gagah dan jantan menyalami Jokowi dan mengucapkan selamat atas kemenangan Jokowi.
Jokowi yang menolak menandatangani kesepakatan untuk sanggup menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta untuk 5 tahun, kemudian didesasdesuskan siap dicalonkan sebagai Capres. Kembali, modal dikucurkan untuk memperkuat pasukan relawan Jokowi.
Benarkah semua relawan Jokowi 'berbayar'? Tentu saja tidak. Di beberapa kantong partai banteng, ada banyak laskar yang berprinsip 'pejah gesang ndherek Jokowi' (Hidup mati ikut Jokowi).
Mereka-mereka inilah yang akhirnya secara real menghantar Jokowi pada tampuk kekuasaan sebagai Presiden Republik Indonesia pada tanggal 20 Oktober 2014.
Akan tetapi, dalam prosesnya sekarang, kita saksikan bersama, Jokowi kelimpungan menyusun kabinetnya. Padahal, jika saja Jokowi mau mendengar suara rakyat seperti yang selalu didengungkannya saat blusukan, tak sulit tentunya bagi Jokowi untuk segera mengumumkan para pembantunya.
Masalah mulai muncul ketika Jokowi secara perlahan tapi pasti menutup telinganya dari rakyat dan mendengarkan bisikan-bisikan dari pemimpin partai, para elite politik, dan para taipan pemodal.
Jokowi, yang diisukan sukses membangun Solo, diplot memimpin Jakarta dengan bantuan - meminjam istilah Pak Kwik Kian Gie- 9 taipan.
Para taipan itu lalu menggalang kekuatan di dalam dan luar negeri, terutama melalui jaringan media, termasuk media sosial.
Perang di dunia maya antara 'relawan' Jokowi dengan pihak Fauzi Bowo pun tak terelakkan. Bukan main gembiranya relawan Jokowi ketika akhirnya Fauzi Bowo dengan gagah dan jantan menyalami Jokowi dan mengucapkan selamat atas kemenangan Jokowi.
Jokowi yang menolak menandatangani kesepakatan untuk sanggup menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta untuk 5 tahun, kemudian didesasdesuskan siap dicalonkan sebagai Capres. Kembali, modal dikucurkan untuk memperkuat pasukan relawan Jokowi.
Benarkah semua relawan Jokowi 'berbayar'? Tentu saja tidak. Di beberapa kantong partai banteng, ada banyak laskar yang berprinsip 'pejah gesang ndherek Jokowi' (Hidup mati ikut Jokowi).
Mereka-mereka inilah yang akhirnya secara real menghantar Jokowi pada tampuk kekuasaan sebagai Presiden Republik Indonesia pada tanggal 20 Oktober 2014.
Akan tetapi, dalam prosesnya sekarang, kita saksikan bersama, Jokowi kelimpungan menyusun kabinetnya. Padahal, jika saja Jokowi mau mendengar suara rakyat seperti yang selalu didengungkannya saat blusukan, tak sulit tentunya bagi Jokowi untuk segera mengumumkan para pembantunya.
Masalah mulai muncul ketika Jokowi secara perlahan tapi pasti menutup telinganya dari rakyat dan mendengarkan bisikan-bisikan dari pemimpin partai, para elite politik, dan para taipan pemodal.
Jokowi tak lagi mau mendengar relawannya. Sebagai contohnya, ketika menyangkut nama Kuntoro Mangkusubroto.
Nama Kuntoro Mangkusubroto memang relative tidak banyak disebut sebagai calon menteri Jokowi. Namun, dari lingkaran dalam Jokowi, diperoleh informasi dia ternyata memiliki peran dominan. Kuntoro bahkan disebut-sebut juga menutup akses para relawan ke Jokowi.
“Kuntoro sangat berkuasa. Orang yang sama sekali tidak berkeringat dalam mengusung Jokowi sejak awal itu kini bahkan menutup akses para relawan ke Jokowi. Salah satu pintu masuk tradisional untuk mengakses Jokowi kini dikuasai Kuntoro. Itulah sebabnya Jokowi seperti ‘sendirian’ menghadapi tekanan para antek neolib yang kini mengelilinginya,” ujar seorang aktivis dalam pertemuan yang diselenggarakan Kamis malam, 23 Oktober 2014 di Jakarta.
Akibat ulah Kuntoro tersebut, para relawan yang malam itu berkumpul menyatakan kecemasannya. Mereka khawatir susunan kabinet Jokowi yang segera diumumkan itu, kelak akan diisi para penganut mazhab neolib. Jika sampai ini terjadi, maka prinsip Tri Sakti yang jadi tema kampanye Jokowi saat Pilpres akan jadi ‘dagangan murahan’ belaka.
Menurut mereka, kehawatiran itu sepertinya akan menjadi kenyataan. Pasalnya, sejumlah nama yang disebut-sebut bakal menjadi menteri sama sekali tidak punya track record Trisakti.
Beberapa di antaranya bahkan dikenal sebagai penganut neolib lewat kebijakan-kebijakannya saat mereka duduk di lingkaran kekuasaan.
“Jokowi harus mencoret nama-nama seperti Kuntoro, Rini Sumarno, Chatib Basri, Darmin Nasution, Hanung Budya Yuktyanta, dan lainnya," ujar relawan tersebut.
Para relawan berharap pencoretan mereka bukan saja karena mendapat catatan merah atau kuning dari KPK, tapi karena keberpihakan mereka yang sangat kental terhadap kepentingan asing.
Para relawan menyayangkan cara Jokowi membayar kecintaan para relawannya dengan pengabaian.
"Ini bukan soal uang, ini soal rasa hormat, cinta dan sayang. Jokowi tak paham itu," cetus Budi, salah seorang relawan Jokowi. (fs)
Nama Kuntoro Mangkusubroto memang relative tidak banyak disebut sebagai calon menteri Jokowi. Namun, dari lingkaran dalam Jokowi, diperoleh informasi dia ternyata memiliki peran dominan. Kuntoro bahkan disebut-sebut juga menutup akses para relawan ke Jokowi.
“Kuntoro sangat berkuasa. Orang yang sama sekali tidak berkeringat dalam mengusung Jokowi sejak awal itu kini bahkan menutup akses para relawan ke Jokowi. Salah satu pintu masuk tradisional untuk mengakses Jokowi kini dikuasai Kuntoro. Itulah sebabnya Jokowi seperti ‘sendirian’ menghadapi tekanan para antek neolib yang kini mengelilinginya,” ujar seorang aktivis dalam pertemuan yang diselenggarakan Kamis malam, 23 Oktober 2014 di Jakarta.
Akibat ulah Kuntoro tersebut, para relawan yang malam itu berkumpul menyatakan kecemasannya. Mereka khawatir susunan kabinet Jokowi yang segera diumumkan itu, kelak akan diisi para penganut mazhab neolib. Jika sampai ini terjadi, maka prinsip Tri Sakti yang jadi tema kampanye Jokowi saat Pilpres akan jadi ‘dagangan murahan’ belaka.
Menurut mereka, kehawatiran itu sepertinya akan menjadi kenyataan. Pasalnya, sejumlah nama yang disebut-sebut bakal menjadi menteri sama sekali tidak punya track record Trisakti.
Beberapa di antaranya bahkan dikenal sebagai penganut neolib lewat kebijakan-kebijakannya saat mereka duduk di lingkaran kekuasaan.
“Jokowi harus mencoret nama-nama seperti Kuntoro, Rini Sumarno, Chatib Basri, Darmin Nasution, Hanung Budya Yuktyanta, dan lainnya," ujar relawan tersebut.
Para relawan berharap pencoretan mereka bukan saja karena mendapat catatan merah atau kuning dari KPK, tapi karena keberpihakan mereka yang sangat kental terhadap kepentingan asing.
Para relawan menyayangkan cara Jokowi membayar kecintaan para relawannya dengan pengabaian.
"Ini bukan soal uang, ini soal rasa hormat, cinta dan sayang. Jokowi tak paham itu," cetus Budi, salah seorang relawan Jokowi. (fs)