Filosofi Memancing



Suatu hari, tiba-tiba saja saya terjebak dalam sebuah tontonan televisi. Sebuah acara yang menurutku hanya membuang-buang waktu saja bila ditonton. Memancing. Ya, sepintas bukanlah sebuah acara yang memiliki nilai edukasi. Tapi entah kenapa, saya membiarkannya tayang dan kutonton begitu saja.

Saya bukanlah orang yang suka dengan kegiatan memancing. Seperti pekerjaan yang hanya dilakukan oleh orang-orang yang malas saja. Bayangkan saja, seseorang harus diam sambil memegang sebuah alat pancing, kemudian menunggu ikan-ikan di sanau/laut untuk datang dan menghampiri. Jikamembandingkan dengan luas danau/laut dengan umpan, maka kemungkinan untuk mendaptkan seekor ikan itu sangat kecil.

Sementara, jika kita menginginkan ikan-ikan tersebut untuk disantap, kenapa tidak menggunakan jaring saja? Tentunya akan mendapatkan banyak ikan dan tak perlu menunggu lama.

Akan tetapi, semua ini hanya buah pikir dari sudut pandang saya seorang yang tentu tak memiliki hobi memancing. Tentunya, akan menjadi beda jika orang yang memiliki hobi memancinglah yang berbicara. Tak perlu saya jelaskan panjang lebar. Karena yang akan saya bahas adalah sebuah filosofi memancing sendiri yang tanpa sengaja saya temukan ketika usai menonton acara tersebut.

Tanpa kita sadari, memancing telah menjadi peta kecil dalam hidup kita dalam menjemput rezeki. Tiga hal yang bisa menentukan keberhasilan seseorang memancing adalah, umpan, alat dan kesabaran.

Umpan

Umpan yang bagus, tentunya akan membuat ikan tertarik dan ingin memakannya. Semakin bagus kualitasnya, tentu semakin mahal umpan tersebut. Artinya, jika ingin mendapatkan ikan tersebut harus berani mengeluarkan kocek lebih banyak lagi.

Begitupun dalam menjemput rezeki. Sedekah adalah sebuah pintu rezeki yang sangat ampuh. Sesuai janji Allah, bahwa sedekah kita akan diganti dengan 3 bahkan 10 kali lipat. Sedekah adalah umpan untuk menjemput rezeki-rezeki lainnya yang lebih banyak lagi. Berani bersedakah, maka sesungguhnya kita sedang menjemput rezeki.

Alat Pancing

Untuk lebih berhasil lagi dalam memancing, maka alat yang digunakan pun haruslah berkualitas baik. Jika hanya sebuah alat pancing biasa, maka tak akan mampu mengangkat ikan yang besar. Karenanya, lagi-lagi kita harus berkorban untuk mempunyai sebuah alat pancing yang berkualitas baik tentunya dengan harga yang tak bisa.

Demikan pula dalam bersedekah. Semakin baik/banyak sedekah kita, maka akan semakin baik/banyak pula balasan yang akan kita perolah. Untuk tahap ini, bukan lagi sedekah biasa tetapi mengorbankan sesuatu yang jauh lebih berharga.

Tepat dengan momen idul adha yang identik dengan berkurban. Tentunya tidak semua orang berani mengorbankan sebagian hartanya untuk berkurban. Sebagian dari mereka beranggapan bahwa berkurban berarti menghilangkan sebagian rezeki kita. Percaya atau tidak, tak ada orang yang kemudian menjadi miskin karena berkurban.

Sabar

Inilah kunci keberhasilan dalam memancing. Untuk mendapatkan seekor ikan, diperlukan kesabaran yang tinggi sekalipun kita sudah menggunakan umpan dan alat terbaik. Bahkan, kita harus berlapang dada jika pada akhirnya kita tidak mendapat seekor ikanpun.

Terkadang, rezeki tidak bisa se-idealis yang kita harapkan. Sekalipun sudah berikhtiar dengan sangat baik, ada hal yang tidak bisa lepas dari kehidupan kita. Qadha dan Qadar.

Dialah ar-Razaq dan al-Ghani, yang Maha Pemberi Rezeki dan Maha Kaya. Jika kita sadar bahwa hanya Allah satu-satunya pemberi rezeki tentu tidak ada rasa kecewa jika usaha yang sudah kita tempuh belum juga menuai hasil. Dan jangan khawatir, karena usaha kita tidak pernah sia-sia. Allah Yang Maha Melihat akan membalasnya walau tidak saat itu juga. Dan bersabarlah!

Sesungguhnya, setiap kita sedang memancing. Entah itu memancing rezeki, atau surga dengan ibadah dan amal kita. Semoga tulisan ini bermanfaat untuk renungan di malam idul adha yang mulia ini. (far)


Baca juga :