Di Amerika, beberapa ratus orang hasil pilihan Rakyat yang ber-kumpul-kumpul di Bukit Capitol (Capitol Hill) itu amat powerfull. Kumpul-kumpul mereka itu mereka sebut (ber)Kongres.
Presiden Amerika, siapa pun dia, adalah hamba dari ratusan orang pilihan ini. Si hamba ini wajib menjalankan (execute) apa apa yang diputuskan Kongres. Apa saja. Mulai dari budget (anggaran) sampai keputusan berperang dengan pihak lain.
Di Indonesia, sepanjang sejarah Republik ini berdiri, kekuasaan selalu ada di tangan seorang Presiden. Begitu memusat. Tengok Soekarno, tengok Soeharto. Meski, UUD menggariskan bahwa kekuasaan ada di tangan orang-orang pilihan rakyat yang bercokol di Senayan.
Barulah pada kali ini, marwah DPR/MPR sebagai penggaris kuasa di negeri ini mewujud laiknya digariskan para pendiri bangsa. Baru pada kali ini. Dan kenyataan ini terjadi karena satu orang. Satu orang bernama Prabowo Subianto, mantan Militer yang justru lebih demokratis dari orang sipil asli sekalipun.
(Canny Watae)