Indonesia mencalonkan anggota Fraksi Partai Demokrat, Nurhayati Ali Assegaf sebagai presiden asosiasi parlemen dunia atau International Parliamentary Union (IPU).
Pencalonan ini juga didukung oleh pemerintah, diwakili oleh Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) dan Ketua DPR Setya Novanto.
"Pencalonan Ibu Nurhayati sebagai presiden IPU jadi sangat penting mengingat anggota parlemen Indonesia bisa ikut termasuk dalam rancangan resolusi yang bisa dihasilkan dalam IPU yang sesuai dengan kepentingan nasional," tutur Ketua DPR Setya Novanto di Gedung DPR Senayan, Jakarta, Kamis 9 Oktober 2014.
Menurut Setya, pemilihan presiden IPU ini sangat penting bagi Indonesia. Oleh karena itu perlu penggalangan persepsi dan dukungan dari ASEAN, ASEAN plus tiga, dan Asia Pasifik. Terlebih, Indonesia menjadi salah satu negara dari empat kandidat presiden IPU yakni, Australia, Maladewa, dan Bangladesh.
"Pengalaman Bu Nurhayati tidak bisa diragukan lagi," jelasnya.
Setya menjelaskan, Nurhayati telah berpengalaman dalam beberapa organisasi internasional.
"Kriterianya luar biasanya. Saya bangga dan hormat. Kalau bisa terpilih maka akan membawa citra positif bagi Indonesia sebagai negara Islam terbesar dan negara demokrasi terbesar ketiga," tandas Setya.
Sementara itu, Nurhayati memohon doa restu dari seluruh rakyat Indonesia. Menurut dia, kesempatan untuk menjadi presiden IPU tidak mudah karena harus bersaing dengan kandidat dari Australia, Maladewa, dan Bangladesh. (fs)
Pencalonan ini juga didukung oleh pemerintah, diwakili oleh Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) dan Ketua DPR Setya Novanto.
"Pencalonan Ibu Nurhayati sebagai presiden IPU jadi sangat penting mengingat anggota parlemen Indonesia bisa ikut termasuk dalam rancangan resolusi yang bisa dihasilkan dalam IPU yang sesuai dengan kepentingan nasional," tutur Ketua DPR Setya Novanto di Gedung DPR Senayan, Jakarta, Kamis 9 Oktober 2014.
Menurut Setya, pemilihan presiden IPU ini sangat penting bagi Indonesia. Oleh karena itu perlu penggalangan persepsi dan dukungan dari ASEAN, ASEAN plus tiga, dan Asia Pasifik. Terlebih, Indonesia menjadi salah satu negara dari empat kandidat presiden IPU yakni, Australia, Maladewa, dan Bangladesh.
"Pengalaman Bu Nurhayati tidak bisa diragukan lagi," jelasnya.
Setya menjelaskan, Nurhayati telah berpengalaman dalam beberapa organisasi internasional.
"Kriterianya luar biasanya. Saya bangga dan hormat. Kalau bisa terpilih maka akan membawa citra positif bagi Indonesia sebagai negara Islam terbesar dan negara demokrasi terbesar ketiga," tandas Setya.
Sementara itu, Nurhayati memohon doa restu dari seluruh rakyat Indonesia. Menurut dia, kesempatan untuk menjadi presiden IPU tidak mudah karena harus bersaing dengan kandidat dari Australia, Maladewa, dan Bangladesh. (fs)