Jaman dulu waktu kami masih penempatan di Jember, kami punya tetangga samping rumah yang kaya raya. Rumahnya dua lantai menjulang. Keluarga ini baiik sekali.
Ga ada angin ga ada hujan mereka bikin acara makan-makan ngundang kami. What? Dalam rangka apa? Ga ada apa-apa. Rupanya si ibu ini seneng kalo liat aku makan. Katanya lahap banget, hahaha. Telap telep, kalo bahasa jawanya. Jadi malu. Lahap dan rakus kan beda tipis, hihihi.
Terkadang kami juga diajak jalan-jalan dengan mobil mereka.
And you know what, bagi kami orang yang engga punya mobil kala itu, diajak jalan-jalan oleh orang naik mobil itu menyenangkan dan berkesan sekali lho. Kami berpikir, "Ah betapa mereka ini orang kaya yang baik hati."
Think about it.
Kalo kamu punya mobil, punya rejeki lebih, ajakin jalan deh mereka yang secara ekonomi di bawah mu. Insyaa Allah itu menyenangkan hati mereka.
Lain cerita. Kalo tadi cerita jaman dulu, kali ini cerita jaman sekarang.
Suatu hari, aku beli lampu meja/lampu belajar (buat ngomik) beli di Giant. Baru dipake sebentar ee meletus, jdaaar kaya ada yg konslet gitu. Temennya Mama K (sesama wali murid di sekolah) menawarkan bantuan, "Biar dibenerin bapak e aja, Mama Keviin." Maksudnya biar dibenerin ama suaminya aja, seorang pensiunan tentara. Mereka tinggal di rumah petak tak jauh dari komplek kami. Mereka ini baiiiik sekali.
Maka lampu belajar itu pun mereka bawa pulang.
Sayangnya lampu itu tidak berhasil dibetulkan dan tetap tak menyala.
And you know what, yang mengejutkan ibu itu justru ngasih lampu belajar milik si kakak yang udah gede dan ngga pernah dipakai lagi, "Udah ini aja Mama Kevin." Alhamdulillah udah ditawarin bantuan benerin (walaupun ga berhasil) eeh malah dikasih lampu belajar.
Masyaa Allah. Tuh lampunya kupake ngomik di kamar :)
Mereka yang secara ekonomi di bawah kami justru senang memberi. Mereka ga pake istilah nguyahi segoro (ngapain menggarami air laut = memberi sesuatu kepada orang yg lebih mampu), karena istilah itu menurutku agak-agak sinis dan diskriminatif. Ibu itu memberi karena Mama K adalah salah satu teman baiknya.
Aku kasih contoh lain soal nguyahi segoro. Misal kamu punya empat sahabat. Yang tiga kurang mampu, yang satu orang kaya. Lalu yang tiga sering kamu kasih hadiah, tapi yang kaya ngga pernah kamu kasih apapun dengan alasan ah nguyahi segoro. Padahal menghadiahi sesuatu itu menyenangkan hati dan menumbuhkan cinta.
Tahaaduu tahabbuu... Saling menghadiahilah kalian niscaya kalian akan saling menyayangi, begitu sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang diriwayatkan Imam Bukhari.
Mudah-mudahan dua cerita di atas menginspirasi.
(Ardian Squ Candra)
Pegawai di Kemenkeu