Turki dan Referensi Baru Kekuatan Islam (3)


Sambungan artikel  KEDUA

Oleh: A. Rofii Damyati dan Arya Sandhiyudha

TURKI diuntungkan dengan sejarah peradaban ‘emas’ yang hanya sempat terpendam dalam perutnya, sehingga tinggal membutuhkan sedikit upaya untuk menggalinya kembali. Hal itulah yang sejak beberapa dekade terakhir kaum Islamis lakukan di Turki. Kini melalui Recep Tayyip Erdoğan dan  AKP adalah objek yang diharapkan menjadi jawara-jawara penggali emas itu.

Selain semua faktor itu, faktor yang tak kalah penting adalah peran ulama. Penulis melihat bahwa yang paling mempengaruhi gerakan Islam saat ini tidak lain adalah ‘sang mujaddid’ Badiuzzaman Said Nursi.

Perjuangan mempertahankan Islam dan peradabannya dari tanah Turki Utsmani diajarkan dengan gigih kepada murid-muridnya tanpa kenal lelah.

Nursi bagi orang-orang Turki adalah mujaddid di abad ke-20 ini. Hampir seluruh pokok-pokok pikirannya hingga kini bisa dinikmati dalam risalah yang ia tulisnya. Risalah-risalah yang telah ditulisnya kemudian dikompilasi menjadi Risalah Nur. Risalah-risalah inilah yang menginspirasi gerakan re-islamisasi Turki sekuler. Boleh diklaim, hampir seluruh gerakan Islam di Turki merujuk kepada pemikiran-pemikiran Badiuzzaman Nursi yang tertuang dalam risalah ini.

Keunikan lain pemenangan Islamis di Turki, bisa dikatakan pesantren dan pengguna jilbab di Turki terus bertumbuh dan itu semua berkorelasi dengan penambahan suara ke AKP. Ini disebabkan para ustadz, ahli agama, atau ulama dihormati karena mayoritas ustadz, ahli agama, atau ulama sangat didengar arahannya. Mereka dihormati karena fokus dalam membangun masyarakat dan tidak terjun pada politik praktis sebagai caleg atau menteri apalagi Presiden, akan tetapi mayoritas mereka berperan totalitas sebagai endorser di dalam momen-momen Pemilu yang mengajak seluruh murid-muridnya dengan instruksi memilih AKP.

Gabungan strategi dan semangat tersebut memudahkan para Islamis Turki meramu dan meracik pola-pola pengislaman kembali Turki yang sudah terlanjur sekuler itu menjadi Turki yang sedikit demi sedikit menemukan kembali peradaban ‘emas’-nya.
Namun demikian, penimbunan ‘emas’ khilafah oleh Gazi Mustafa Kemal Pasya teramatlah lama, yaitu sejak Turki Usmani digrogoti virus-virus sekuler (1924 M) hinggi kini, re-islamisasi Turki masih banyak menghadapi tantangan, baik internal maupun eksternal.

Secara internal, masyarakat Turki yang menjadi pion-pion Attaturk (Attaturkcular) masih terus menghantui kalangan Islamis. Selain itu, masyarakat juga sudah terlalu lama dijauhkan dari kultur Islam sehingga yang terbaratkan secara total bahkan menjadi ateis jumlahnya pun tidak terkira.

Isu ISIS
Gerakan lain utamanya di daerah perbatasan Suriah, Iraq, Iran, sangat mengganggu stabilitas Turki. Hal itu semua menjadi tantangan tersendiri bagi Turki ke depan.

Sementara di sisi eksternal, isu daulah islamiyah Iraq wa Syam (DAIS/ISIS/ISIL) adalah bahan provokasi yang dihadirkan juga untuk Turki. Sekedar catata, secara geografis Turki adalah negara satu-satunya yang berbatasan langsung dengan wilayah yang dikendali ISIS. Provokasi itu dimulai sejak 40 diplomat Turki ditawan ISIS di Mosul, kemudian Parlemen Turki pada Juni 2014 lalu memberikan waktu sampai dengan Oktober kewenangan operasi militer ke Iraq.

Akan tetapi, proporsionalitas Turki membuat operasi militer hanya berfokus pada penyelamatan warga negaranya. AS yang gemas sampai perlu memaksa Turki bergabung dalam “Coallition of Willing” menyerang ISIS di Iraq Utara.

Isu ISIS juga gangguan terhadap rencana Turki untuk impor minyak langsung ke wilayah Kurdi di Iraq Utara. AS pernah mengecam rencana impor langsung Turki dari Iraq Utara dengan alasan kedaulatan Iraq. Akan tetapi, setelah bantuan AS dalam melumpuhkan ISIS di kawasan ladang minyak tersebut, terlihat bahwa larangan AS kepada Turki tidak lebih agar rencana kerjasama minyak Turki gagal.

Di sisi lain, “Coallition of Willing” yang dipimpin AS, angkatan militer Iraq melakukan operasi kemanusiaan ke daerah Amerli; Inggris, Prancis, Jerman, Itali, Kroasia, Kanada, Ceko, AS, dan Albania berkomitmen untuk memberikan bantuan persenjataan dan logistik bagi Kurdistan dalam misi memerangi ISIS. Target jangka panjangnya adalah setelah Kurdistan Iraq menguat, kemudian penguatan terhadap PKK di Turki termasuk lepasnya wilayah Kurdi di Turki. Apabila benar-benar terjadi lepasnya wilayah Kurdi dari Turki maka hal ini merupakan potensi hilangnya legitimasi rakyat terhadap Pemerintahan Erdoğan dan AKP.

Kepentingan AS lainnya yang hendak dipertukarkan melalui isu ISIS ini adalah normalisasi Turki-Israel. Pada April 2013 John Kerry menemui Ahmet Davutoğlu di Istanbul, mengajukan tawaran: AS akan mendukung transisi Suriah, terutama kaitan dengan perbatasan dengan Turki, akan tetapi AS meminta ada normalisasi Turki-Israel.

Isu ISIS ini memang serius dikembangkan oleh AS dan negara-negara Barat. Misalnya di kolom foreignpolicy terbaru oleh Harald Doornbos dan Jenan Moussa berjudul “Found: The Islamic State’s Terror Laptop of Doom” (28/08/2014) kerap terus diulang potensi ISIS mempengaruhi warga negara perbatasan wilayah ISIS seperti: Turki; dan disebutkan juga mahasiswa Tunisia bernama Muhammad bergabung dengan ISIS di Suriah, serta terhadap seluruh dunia bersiap dengan Cyber Warfare.

Di tengah ragam ujian ini, Erdoğan rupanya cukup berhasil menoreh referensi baru perjalanan Islamis dalam memimpin negara. Semoga di masa datang idealismenya tetap menyala dan menularkan inspirasi bagi Indonesia untuk (juga) menjadi referensi baru bagi dunia.*

*sumber: Hidayatullah.com


Baca juga :