Tips Praktis Sangat Bermanfaat untuk yang BerHaji


Labbaik Allahumma labbaik. Labbaik laa syariikalaka labbaik…

Artikel ini pindahan dari medsos, dengan sedikit tambahan di sana-sini, berdasar pengalaman saat saya haji dulu tahun 2006 plus umrah pada bulan Mei 2014 yang lalu.

Bagi saudara-saudaraku yang sekarang sedang atau akan berada di baitul-Lah, hati saya bersama kalian, merindu untuk kembali kesana. Kali ini sedikit berbagi tips praktis menghindari batuk & flu (yg biasanya banyak menyerang jamaah haji indonesia, karena perbedaan iklim yg ekstrem), yang dulu saya dapatkan dari dokter di KBIH saya (saya dulu ikut KBIH Tazkia di bawah bimbingan Dr. Syafii Antonio).

1. SELALU kenakan masker (kalau bisa yang kain) di manapun berada, meski ‘rasanya’ udara bersih saja (kecuali saat puncak haji yang justru haram memakai penutup muka dan sarung tangan).

2. Udara di sana sangat kering, jadi gunakan masker yang selalu dalam kondisi BASAH tiap mau dipakai. Celupkan dulu ke air terus peres tapi jangan terlalu kering. Kalau sedang berada di dalam masjid dan masker cenderung sudah kering, tetesi air minum saja. Atau bawa botol semprotan kecil diisi air, begitu air di masker menguap tinggal disemprot ke masker yang sedang dipakai (tanpa mencopot masker).

3. Untuk masker basah ini, better pilih masker dari kain murni (sebaiknya kain tetra, kain yang biasa digunakan utk popok bayi yang pori-pornya cukup besar), bukan masker ala rumah sakit. Bisa juga beli masker kain yang saat ini banyak dijual 5000an di pasaran, warna warni. Masker model begini bisa dicuci lagi kalau berasa kotor. Kalau masker rumah sakit, dicelupkan air akan ada rontok-rontok sedikit, nggak nyaman.

4. Jangan minum jus-jus buah kemasan (kotak/botol) yang dijual di pasaran. Kalau mau, beli buahnya langsung saja untuk menambah asupan vitamin C. Oh ya asupan vitamin C sangat perlu (boleh juga bawa suplemen ini sejak dari Indo) karena ibadah haji termasuk ibadah yang betul-betul mengerahkan tenaga fisik.

5. Di masjid nabawi atau masjid haram, atau di tenda-tenda arofah dan mina, banyak keran atau gentong air zam-zam. Pilih air yg ghoiru barid (nggak dingin) karena yang barid sudah dicampur es batu. Jika kondisi tidak benar-benar fit, bakal langsung pilek. Oh ya, di seputar masjid haram dan nabawi juga sekarang banyak kran  air yang tulisannya  ‘drinking water’ tapi itu bukan air zam-zam. Orang yang tak paham tulisan arabnya kadang mengira itu air zam-zam, sudah ngantri dan bersiap mengisi botol-botol minuman untuk dibawa pulang ke penginapan, eh nggak tahunya salah.

6. Disiplin minum air putih setiap maksimal satu jam sekali biar nggak dehidrasi. Banyak kasus, orang semangat thowaf atau sa’i tanpa minum sama sekali, begitu selesai, ajal menjemput :( Jatah minum selama di sana minimal sekitar 10 gelas atau 4 liter sehari, kalau bisa usahakan lebih.

7. Displin menggunakan lip gloss (untuk bibir) dan pelembab kulit, karena udara di sana sangat kering (biar laki-laki, jangan merasa kok jadi ‘genit’ karena makai lip gloss). Pengalaman, sebentar saja nggak pakai lip gloss atau pelembab (terutama untuk jari-telapak kaki dan tangan), bibir dan kulit bakal pecah-pecah dan sariawan. Gunakan lip gloss & krim kulit yang cocok (banyak dijual di sana, karena yang dibawa dari indo kadang-kadang jadi gak cocok).

8. Jika siang hari udara terasa sangat panas dan matahari membakar, boleh basuh ubun-ubun dengan air minum. Caranya tuangkan saja ke tangan lalu diusapkan di ubun-ubun. Pada kondisi tertentu (sangat panas) kadang malah saya tuangkan saja air dari botol minum ke ubun-ubun. Meskipun basah kuyup, dengan cepat akan kering kembali karena udara sangat kering.

9. Untuk thowaf, jangan memaksakan diri thowaf di ring 1 jika padat. Dari pada sesak napas kegencet orang. Bisa pindah ke ring 2 (lantai 2), atau ring 3 (untuk yang berkursi roda). Jauh lebih aman tak berdesakan. Saat ini, pasca pemugaran masjidil haram, jarak tempuh antara ring 1, 2 dan 3 tidak terlalu jauh beda jadi tidak terlalu melelahkan.

10. Tidak usah terlalu memburu untuk bisa mencium hajar aswad yang sifatnya sunnah. Di sekitar ka’bah biasanya banyak sekali perempuan (etnis Madura-maaf) yang gencar menawarkan bantuan, “Ibu mau dibantu untuk bisa cium hajar aswad?” Ini bukan bantuan tapi jasa, dan tarifnya lumayan ngemplang, meskipun di awal bilangnya, “Terserah ibu mau bantu berapa”. Begitu berhasil, harga yang disebut selangit.

11. Saat di masjid nabawi, untuk bisa masuk ke raudhah sekarang sudah ditertibkan dipisah tiap negara oleh askar perempuan. Kita patuhi saja, supaya kita juga lebih leluasa untuk sholat dan berdoa disana. Yang jelas lebih aman daripada bercampur dengan bangsa lain khususnya non asia, kita kalah secara fisik. Bisa jadi perkedel nanti dihimpit kiri kanan. Untuk ke raudhah ini, nyaris semua waktu padat. Mau setelah subuh, siang hari, tengah malam… sama saja. Jadi kuncinya bersabar ikuti aturan saja.

12. Saat puncak haji dan harus berangkat ke arofah dan mina, tidak perlu bawa uang banyak-banyak. Secukupnya saja, karena kita berpindah-pindah menginap dari mina-arofah-muzdalifah-mina. Katering selama puncak haji toh juga sudah ditanggung. Kecuali mengalami nasib saat saya haji dulu, yang semoga tidak terulang lagi: katering hajinya mogok massal.

Itu dulu, semoga bermanfaat yaa ^_^

Mukti
(sumber: http://muktiberbagi.wordpress.com/2014/09/01/tips-praktis-untuk-yang-berhaji/)


Baca juga :