Rilis KPI mengenai tayangan berbahaya untuk anak, hebohkan kaum Ibu.
Para Ibu yang sama sekali tak menyadari efek negatif dari film tersebut, justru setiap hari mengizinkan anak-anaknya menonton.
"Saya tak tahu, kalau KPI menganggap film Bima Sakti dianggap paling berbahaya. Kayanya biasa-biasa aja", komentar Yulia, seorang Ibu dari 2 anak balita.
Yulia menambahkan, anak-anaknya selalu senang menonton film Bima Sakti karena film tersebut mengenalkan budaya asing pada anak-anaknya.
Vicky. Ibu muda yang berdomisili di Yogyakarta ini mengatakan, meski awalnya kaget, namun ia menyetujui himbauan KPI.
"Bener juga. Bima Sakti tidak mengajarkan anak-anak berfikir. Semua diselesaikan dengan kekuatan otot. Saya sudang bilang pengasuh untuk tidak nyetel Bima Sakti lagi," ujar Vicky.
Secara malu-malu, istri seorang dosen di Yogya ini mengatakan dirinya jarang menemani anak-anaknya ketika menonton televisi.
"Anak-anak dimomong (diasuh) baby sitter. Saya kalau sore biasanya pegang gadget. Ini aja tau rilis KPI dari teman di Solo", ujar Vicky.
-----
Bima Sakti, film yang menurut seorang komisioner KPI, sebagai tontonan paling berbahaya, adalah sebuah film komedi animasi yang berasal dari India. Bima Sakti, atau yang di India dikenal dengan nama "Chhota Bheem", tayang perdana tahun 2008 di Pogo TV.
Film yang berkisah tentang petualangan seorang anak lelaki bernama Bheem (Bima) dan kawan-kawannya di sebuah ibukota negara(fiksi) bernama Dholakpur.
Bheem dan teman-temannya sering terlibat petualangan seru dalam melindungi sang Raja, Indravarma dari Dholakpur, dan menyelamatkan kota dari kekuatan jahat.
Seorang pengamat psikologi anak, Ratnasari, mengatakan banyak orangtua yang tak cukup mampu memahami dampak negatif dari tayangan-tayangan tersebut.
Ratna mencontohkan, beberapa bagian film Bima Sakti yang menunjukkan kekuatan sihir mampu menghancurkan kebaikan.
"Ada simplifikasi, seseolah untuk bisa menang, ada cara mudah. Gunakan saja sihir," ujar Ratna, di Jakarta, Selasa 23 September 2014.
Lebih lanjut Ratna mengungkapkan, beberapa tayangan yang juga dapat teguran KPI, memang mengajarkan anak untuk tidak berempati.
"Tayangan Tom and Jerry sangat sarat kekerasan. Pukul, tendang, bakar, jepit, seolah hal yang biasa dan lumrah untuk digunakan pada lawan", ujar pendiri salah satu lembaga pendidikan anak di Jakarta ini.
Ratna menambahkan, banyak orang tua, yang karena kesibukannya, sering tak sadar menyodorkan tayangan berbahaya untuk anak.
"Ortu bekerja, atau ortu sibuk 'me time' dengan gadgetnya membuat anak-anak tak terkontrol dalam menyaksikan tayangan-tayangan televisi", tutup Ratnasari. (fs)
Para Ibu yang sama sekali tak menyadari efek negatif dari film tersebut, justru setiap hari mengizinkan anak-anaknya menonton.
"Saya tak tahu, kalau KPI menganggap film Bima Sakti dianggap paling berbahaya. Kayanya biasa-biasa aja", komentar Yulia, seorang Ibu dari 2 anak balita.
Yulia menambahkan, anak-anaknya selalu senang menonton film Bima Sakti karena film tersebut mengenalkan budaya asing pada anak-anaknya.
Vicky. Ibu muda yang berdomisili di Yogyakarta ini mengatakan, meski awalnya kaget, namun ia menyetujui himbauan KPI.
"Bener juga. Bima Sakti tidak mengajarkan anak-anak berfikir. Semua diselesaikan dengan kekuatan otot. Saya sudang bilang pengasuh untuk tidak nyetel Bima Sakti lagi," ujar Vicky.
Secara malu-malu, istri seorang dosen di Yogya ini mengatakan dirinya jarang menemani anak-anaknya ketika menonton televisi.
"Anak-anak dimomong (diasuh) baby sitter. Saya kalau sore biasanya pegang gadget. Ini aja tau rilis KPI dari teman di Solo", ujar Vicky.
-----
Bima Sakti, film yang menurut seorang komisioner KPI, sebagai tontonan paling berbahaya, adalah sebuah film komedi animasi yang berasal dari India. Bima Sakti, atau yang di India dikenal dengan nama "Chhota Bheem", tayang perdana tahun 2008 di Pogo TV.
Film yang berkisah tentang petualangan seorang anak lelaki bernama Bheem (Bima) dan kawan-kawannya di sebuah ibukota negara(fiksi) bernama Dholakpur.
Bheem dan teman-temannya sering terlibat petualangan seru dalam melindungi sang Raja, Indravarma dari Dholakpur, dan menyelamatkan kota dari kekuatan jahat.
Seorang pengamat psikologi anak, Ratnasari, mengatakan banyak orangtua yang tak cukup mampu memahami dampak negatif dari tayangan-tayangan tersebut.
Ratna mencontohkan, beberapa bagian film Bima Sakti yang menunjukkan kekuatan sihir mampu menghancurkan kebaikan.
"Ada simplifikasi, seseolah untuk bisa menang, ada cara mudah. Gunakan saja sihir," ujar Ratna, di Jakarta, Selasa 23 September 2014.
Lebih lanjut Ratna mengungkapkan, beberapa tayangan yang juga dapat teguran KPI, memang mengajarkan anak untuk tidak berempati.
"Tayangan Tom and Jerry sangat sarat kekerasan. Pukul, tendang, bakar, jepit, seolah hal yang biasa dan lumrah untuk digunakan pada lawan", ujar pendiri salah satu lembaga pendidikan anak di Jakarta ini.
Ratna menambahkan, banyak orang tua, yang karena kesibukannya, sering tak sadar menyodorkan tayangan berbahaya untuk anak.
"Ortu bekerja, atau ortu sibuk 'me time' dengan gadgetnya membuat anak-anak tak terkontrol dalam menyaksikan tayangan-tayangan televisi", tutup Ratnasari. (fs)