Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih terus terpuruk. Bahkan, dalam tiga hari kemarin, rupiah terseret mendekati Rp 12.000 per dolar AS. Dan hari ini (Kamis, 18/9/2014) rupiah sudah tembus Rp 12.000 per dolar AS (tepatnya Rp 12.130, data: seputarforex.com).
Menurut pengamat pasar uang, Farial Anwar, faktor dalam negeri Indonesia memperberat langkah rupiah.
"Keputusan politik Jokowi memilih kabinet gemuk dengan porsi menteri profesional sedikit memicu pasar mencari dollar AS," ujar Farial. Pasar menilai, ini tak sesuai janji Jokowi membentuk kabinet ramping.
Selain masalah kabinet yang diluar harapan, faktor tidak menentunya kebijakan harga BBM juga turut memicu kenaikan dollar.
Taswin Zakaria, Presiden Direktur Bank International Indonesia (BII) menilai, kebijakan bahan bakar minyak (BBM) yang belum jelas juga turut memantik pelemahan rupiah. Meski begitu, Taswin mengaku, belum ada lonjakan permintaan dollar di BII.
Disamping faktor politik, kenaikan dollar juga dipicu oleh permintaan pasar terhadap dolar untuk kebutuhan pembayaran barang dan bunga.
Menurut Reny Eka Putri, analis pasar uang Bank Mandiri, pelemahan rupiah terakhir dipicu oleh kenaikan permintaan. Jelang akhir bulan, korporasi mulai mengoleksi dolar AS untuk membayar utang jatuh tempo di akhir bulan.
Bila otot rupiah tak kunjung kuat, Bank Indonesia tampaknya harus segera bertindak agar rupiah sesuai targetnya di Rp 11.600-11.800.
Akhirnya, tumpuannya pada BI, daripada mengharapkan Jokowi untuk menepati janji kabinet zaken (kabinet kerja) yang ternyata tak ada.
***
Sekedar bernostalgia dengan tipuan BOMBASTIS saat PILPRES, berita dibawah ini masih terkait soal Jokowi Effect terhadap nilai rupiah.
Jokowi Jadi Capres, Rupiah Akan Tajam Menguat Rp 10.500
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Analis Mandiri Investa Kiswoyo Adijo menilai efek Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) menjadi calon Presiden RI, berdampak pada nilai mata uang Rupiah terhadap dollar AS. Kiswoyo memprediksi rupiah akan menguat dari Rp 11.500 sampai 10.500 sampai akhir tahun.
"Kalau rupiah sampai akhir tahun targetnya menguat," ujar Kiswoyo kepada Tribunnews.com, Jumat (14/3/2014).
Selain penguatan nilai mata uang rupiah, efek Jokowi juga berdampak kepada kenaikan Index Harga Saham Gabungan (IHSG) yang naik sampai 152 poin. Hal itu terjadi sejak diumumkan Jokowi jadi calon presiden dari PDI-Perjuangan.
Kiswoyo Adijo menilai pasar akan melakukan koreksi sehat untuk IHSG terlebih dahulu atas efek Jokowi pekan depan. "Kemungkinan ada koreksi sehat dulu, hari Senin, habis itu masih bisa lanjut lagi," ungkap Kiswoyo.
Lebih lanjut Kiswoyo menilai sebelum pemilu legislatif di bulan April mulai, IHSG akan naik di level 5000. Bahkan di akhir tahun jika Jokowi terpilih menjadi Presiden RI, IHSG berada di level 5200.
"Kenaikan IHSG bisa di level 5200 poin, tahun ini bisa," papar Kiswoyo.
Sebelumnya diberitakan tribunnews.com Efeknya adalah pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) jelang penutupan ikut naik. Indeks pada jelang pentupan, berada pada 4781.18 atau naik 55 bps atau 1.16 persen. Indeks bergerak dalam kisaran 4676.23 hingga 4781.51 pada jelang penutupan hari ini.
Seperti diketahui, beberapa pengamat memprediksi bahwa adanya kepercayaan pasar terkait dengan majunya Jokowi. Jokowi diaanggap sangat pro pasar dan dinilai baik oleh pelaku pasar.
(sumber: http://m.tribunnews.com/bisnis/2014/03/14/jokowi-jadi-capres-rupiah-akan-tajam-menguat-rp-10500)