Keputusan Rusia memberlakukan larangan masuk impor makanan yang berasal dari negara-negara Eropa dan Amerika Serikat sejak 7 Agustus 2014 lalu membawa berkah bagi Indonesia.
Secara resmi, Rusia meminta Indonesia memasok kebutuhan produk-produk pertanian dan peternakan. Hal tersebut diungkap Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi kemarin, Sabtu 30 Agustus 2014.
Lutfi menyatakan pemerintah Rusia membutuhkan produk-produk pertanian, daging, ikan, susu, dan sayuran dari Indonesia. Hal itu merupakan imbas dari dilarangnya produk-produk pertanian dari Amerika Serikat, Uni Eropa, Norwegia, Kanada, dan Australia masuk ke Rusia.
"Akibat larangan itu, Rusia meminta perusahaan dagang Indonesia memasok semua produk pertanian dan lainnya," ujarnya
Lutfi mengaku sudah bertemu dengan Menteri Pembangunan Ekonomi Federasi Rusia Alexey Ulyukaev. Pertemuan tersebut dilakukan di sela pertemuan ASEAN Economic Ministers (AEM) di Nay Pyi Taw, Myanmar Jumat, 29 Agustus 2014 lalu.
Keinginan itu langsung dindaklanjuti dengan pertemuan bisnis antara pengusaha Indonesia dan Rusia."Delegasi Indonesia dihadiri Kadin, pengusaha dari sektor minyak sawit, karet, dan kopi yang merupakan ekspor potensial ke Rusia," ungkap Lutfi lagi.
Dalam pertemuan itu, kedua negara sepakat menjadikan kesepakatan yang ada sebagai payung dari peningkatan diplomasi dagang bagi kedua negara. Rusia dan Indonesia juga bertekad mengurangi berbagai hambatan agar bisa meningkatkan daya saing.
"Pertemuan ini akan menjadi kerangka keterlibatan langsung para pengusaha kedua negara untuk lebih meningkatkan hubungan dagang yang akan difasilitasi oleh kedua pemerintah," kata Lutfi.
Rusia juga menawarkan produknya untuk bisa masuk ke Indonesia. Alexey Ulyukaev menyampaikan bahwa Indonesia dapat memanfaatkan pesawat-pesawat produksi Rusia untuk mengembangkan jaringan transportasi yang efektif untuk menjangkau luasnya wilayah Indonesia, khususnya daerah-daerah yang sulit dijangkau transportasi darat.
"Pihak Rusia berjanji akan mengembangkan peralatan dan perawatan pesawat di Indonesia," tandasnya.
Selama Januari-Mei, total perdagangan antara kedua negara mencapai sekitar USD 1,1 miliar atau turun 40,5 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang mencapai USD 1,8 miliar. Neraca perdagangan Indonesia-Rusia pada 2014 (Januari hingga Mei) masih menunjukkan surplus bagi Rusia sebesar USD 303,4 juta.
"Kita berharap produk-produk pertanian yang diminta Rusia dapat mendongkrak kinerja ekspor Indonesia ke negara itu," lanjutnya.
Dirjen Kerja Sama Perdagangan Internasional Kemendag Bachrul Chairi menyatakan Rusia merupakan salah satu negara mitra dagang potensial bagi Indonesia. Pada 2013, Rusia menduduki urutan ke-29 sebagai negara tujuan ekspor Indonesia.
"Pertumbuhan kinerja perdagangan bilateral antara kedua negara selama lima tahun terakhir (2009-2013) rata-rata sebesar 45,1 persen per tahun," tambah Bachrul Chairi.
Pada tingkat ASEAN, kinerja perdagangan Indonesia dengan Rusia pada 2013 menduduki urutan ketiga dengan nilai total sebesar USD 2,96 miliar. Posisi pertama dan kedua ditempati oleh Vietnam (USD 3,97 miliar) dan Thailand (USD 3,36 miliar).
"Ekspor utama Indonesia ke Rusia meliputi produk minyak sawit dan turunannya, alas kaki, kopi, kopra, dan karet alam. Sementara impor Indonesia dari Rusia mencakup produk turunan dari besi dan baja, suku cadang pesawat, peralatan militer, asbes dan gandum,"ujar Bachrul Chairi. (fs)
Secara resmi, Rusia meminta Indonesia memasok kebutuhan produk-produk pertanian dan peternakan. Hal tersebut diungkap Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi kemarin, Sabtu 30 Agustus 2014.
Lutfi menyatakan pemerintah Rusia membutuhkan produk-produk pertanian, daging, ikan, susu, dan sayuran dari Indonesia. Hal itu merupakan imbas dari dilarangnya produk-produk pertanian dari Amerika Serikat, Uni Eropa, Norwegia, Kanada, dan Australia masuk ke Rusia.
"Akibat larangan itu, Rusia meminta perusahaan dagang Indonesia memasok semua produk pertanian dan lainnya," ujarnya
Lutfi mengaku sudah bertemu dengan Menteri Pembangunan Ekonomi Federasi Rusia Alexey Ulyukaev. Pertemuan tersebut dilakukan di sela pertemuan ASEAN Economic Ministers (AEM) di Nay Pyi Taw, Myanmar Jumat, 29 Agustus 2014 lalu.
Keinginan itu langsung dindaklanjuti dengan pertemuan bisnis antara pengusaha Indonesia dan Rusia."Delegasi Indonesia dihadiri Kadin, pengusaha dari sektor minyak sawit, karet, dan kopi yang merupakan ekspor potensial ke Rusia," ungkap Lutfi lagi.
Dalam pertemuan itu, kedua negara sepakat menjadikan kesepakatan yang ada sebagai payung dari peningkatan diplomasi dagang bagi kedua negara. Rusia dan Indonesia juga bertekad mengurangi berbagai hambatan agar bisa meningkatkan daya saing.
"Pertemuan ini akan menjadi kerangka keterlibatan langsung para pengusaha kedua negara untuk lebih meningkatkan hubungan dagang yang akan difasilitasi oleh kedua pemerintah," kata Lutfi.
Rusia juga menawarkan produknya untuk bisa masuk ke Indonesia. Alexey Ulyukaev menyampaikan bahwa Indonesia dapat memanfaatkan pesawat-pesawat produksi Rusia untuk mengembangkan jaringan transportasi yang efektif untuk menjangkau luasnya wilayah Indonesia, khususnya daerah-daerah yang sulit dijangkau transportasi darat.
"Pihak Rusia berjanji akan mengembangkan peralatan dan perawatan pesawat di Indonesia," tandasnya.
Selama Januari-Mei, total perdagangan antara kedua negara mencapai sekitar USD 1,1 miliar atau turun 40,5 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang mencapai USD 1,8 miliar. Neraca perdagangan Indonesia-Rusia pada 2014 (Januari hingga Mei) masih menunjukkan surplus bagi Rusia sebesar USD 303,4 juta.
"Kita berharap produk-produk pertanian yang diminta Rusia dapat mendongkrak kinerja ekspor Indonesia ke negara itu," lanjutnya.
Dirjen Kerja Sama Perdagangan Internasional Kemendag Bachrul Chairi menyatakan Rusia merupakan salah satu negara mitra dagang potensial bagi Indonesia. Pada 2013, Rusia menduduki urutan ke-29 sebagai negara tujuan ekspor Indonesia.
"Pertumbuhan kinerja perdagangan bilateral antara kedua negara selama lima tahun terakhir (2009-2013) rata-rata sebesar 45,1 persen per tahun," tambah Bachrul Chairi.
Pada tingkat ASEAN, kinerja perdagangan Indonesia dengan Rusia pada 2013 menduduki urutan ketiga dengan nilai total sebesar USD 2,96 miliar. Posisi pertama dan kedua ditempati oleh Vietnam (USD 3,97 miliar) dan Thailand (USD 3,36 miliar).
"Ekspor utama Indonesia ke Rusia meliputi produk minyak sawit dan turunannya, alas kaki, kopi, kopra, dan karet alam. Sementara impor Indonesia dari Rusia mencakup produk turunan dari besi dan baja, suku cadang pesawat, peralatan militer, asbes dan gandum,"ujar Bachrul Chairi. (fs)