Perdana menteri baru Turki Ahmet Davutoglu hari Jumat (29/8/2014) mengumumkan jajaran kabinetnya, hanya sehari setelah Recep Tayyip Erdogan dilantik menjadi presiden dan resmi menempati Istana Cankaya. Demikian seperti dilaporkan hidayatullah.com, Sabtu (30/8/2014).
Erdogan bertemu dengan Davutoglu pada Kamis malam dan menugaskannya membentuk Dewan Menteri baru. Davutoglu menyerahkan daftar para pejabat menterinya kepada Erdogan sebelum Jumat tengah hari (29/8/2014), dan hanya beberapa jam kemudian kantor pers kepresidenan mengumumkan pesetujuannya.
Dalam kabinet Davutoglu hanya ada 4 nama baru, selebihnya adalah menteri-menteri era Erdogan yang sudah berpengalaman dan terbukti mewujudkan kemajuan Turki dan menjadi kekuatan di negara-negara Eropa.
Pos menteri luar negeri yang dibiarkan kosong sejak Davutoglu diajukan sebagai calon perdana menteri kini diisi oleh Mevlut Cavusoglu yang sebelumnya menjabat sebagai menteri urusan Uni Eropa. Posisi yang ditinggalkan Cavusoglu kemudian diisi oleh Volkan Bozkir, ketua komisi hubungan luar negeri di parlemen.
Wakil perdana menteri Besir Atalay dan Emrullah Isler yang sebelumnya mendampingi Erdogan, pada masa Davutoglu ini diganti oleh Yalcin Akdogan dan Numan Kurtulmus. Atalay adalah tokoh kunci dalam perundingan damai antara pemerintah Turki dengan suku Kurdi, sementera Akdogan yang akan menggantikan tugasnya adalah orang kepercayaan Erdogan.
Nama baru yang agak mengejutkan muncul sebagai menteri adalah Nurettin Canikli yang ditugaskan memimpin kementerian pabean dan perdagangan, menggusur Hayati Yazici. Canikli adalah wakil ketua faksi AKP –partainya Erdogan– di parlemen.
Selebihnya adalah para menteri dan pejabat yang sudah bekerja di posnya masing-masing di era akhir pemerintahan Erdogan.
Pemerintahan baru itu harus berkerja dengan agenda padat, di mana hanya ada waktu 9 bulan untuk mempersiapkan pemilihan umum legislatif 2015.
Beberapa hari sebelum pencalonan dan pengangkatan Davutoglu sebagai perdana menteri, para politisi oposisi menuding kabinet baru yang akan dipimpin Davutoglu menandai era “pemerintahan boneka” di Turki, di mana Davutoglu sebagai “boneka” yang akan “disetir” oleh Erdogan.
Sebagaimana diketahui, selama masa kampanye pemilihan presiden, Erdogan secara terbuka berulangkali menegaskan akan lebih mengaktifkan peran presiden dalam pemerintahan Turki, yang selama ini kendalinya bertumpu di tangan seorang perdana menteri. Erdogan tidak ingin jabatan presiden hanya sekedar jabatan simbolis kepala negara.
Erdogan merupakan presiden ke-12 Turki dan yang pertama dipilih secara langsung oleh rakyat lewat pemilu. Sebelum ini presiden Turki selalu dipilih oleh para politisi di parlemen.