Menguatkan Iman Bukan Melemahkannya


Tadi malam, seorang mantan penginjil menceritakan bagaimana dulu dia dapat menunjukkan kesembuhan bagi beberapa orang, dan tidak sedikit muslim merubah kepercayaannya tatkala dia mendatangi orang yang sakit itu dan mendoakannya.

Ketika seorang penginjil memulai doanya, dia akan mengajak orang sakit itu untuk merenungi dosa-dosanya dan meminta ampunan juga meminta ampunan untuk orang tua dan keluarganya. Setelah itu, dia akan mengatakan pada orang itu,

"Apakah kau meyakini mukjizat Tuhan?".

Begitu pertanyaan tersebut diulang-ulang hingga menciptakan keyakinan yang kuat dalam diri orang yang sakit tersebut. Barulah kemudian dia mendoakannya.

Hal ini sangat berlainan dengan beberapa fenomena muslimin saat ini. Ketika ada seorang yang sakit, dia menjenguknya dengan membawa botol berisi air putih dan mengatakan, "Ini adalah air dari kyai fulan". Apabila belum menunjukkan kesembuhan, orang itu akan membawakan si sakit air dari kyai lain. Begitulah seterusnya hingga akhirnya si sakit merasakan lebih baik. Dia lalu berkesimpulan seraya mengatakan bahwa kyai fulan lebih hebat dari kyai fulan. Seakan-akan kesembuhan itu adalah dari sang kyai.

Tentu hal ini mendapatkan koreksiannya ketika kita melihat ajaran Rasulullah SAW. Beliau mengajarkan kepada kaum muslimin untuk menjenguk saudara yang sakit untuk mendoakan dan menguatkan imannya. Bahkan secara lugas beliau mengatakan menjenguk adalah salah satu dari enam hak muslim atas sesama muslim. Kesembuhan adalah otoritas mutlak milik Allah sedang manusia hanya berusaha mengambil sebab.

Dari sini, iman kepada sang Khalik adalah merupakan jalan terang untuk mencapai kesembuhan sehingga selayaknya sesama muslim untuk saling menasihati menguatkan iman dan bukan mengarahkannya kepada perkara yang mengancam keimanan.

Fuady Abdullah, Lc.
Alumnus LIPIA Jakarta 2013



MAU PASANG IKLAN SEPERTI INI? 

Baca juga :